REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para petinggi Partai Demokrat sedang panas dingin, menyusul melorotnya elektabilitas dari beberapa hasil survei.
Ya, dari beberapa hasil survei elektabilitas parpol pimpinan Anas Urbaningrum itu terus melorot. Bahkan, dari survei terakhir yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), elektabilitas Demokrat menukik hingga delapan persen.
Menurunnya tingkat keterpilihan itu menimbulkan keresahan dari banyak petinggi Demokrat. Bahkan muncul desas-desus kongres luar biasa (KLB) akan digelar.
"Kemungkinan digelar atau tidaknya KLB bisa terjadi ketika Pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengambil keputusan. Jadi sekarang kami menunggu keputusan beliau," kata Wakil Ketua Umum DPP Demokrat, Max Sopacua, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (4/2).
Max mengatakan sejak beberapa bulan lalu, DPP dan kader partai sebetulnya menginginkan SBY sebagai Ketua Majelis Tinggi Demokrat lebih turun tangan menyelamatkan partai.
"Dari elektabilitas turun hingga 20 persen, kemudian jadi 17 persen sampai ke 13 persen, itu kami sudah rasakan keresahan sejak awal," ungkapnya.
Tetapi mekanisme partai merupakan rujukan utama yang harus ditaati. Prinsipnya, lanjut Max, semua kader menginginkan Partai Demokrat diselamatkan dan harus kembali ke khitahnya, yakni sebagai partai terbesar saat ini.
Namun, Max menegaskan, meski menunggu keputusan SBY, bukan berarti penyelematan partai harus dilakukan dengan pengambilalihan kepemimpinan.
"Pak SBY bukan tipe seperti itu, beliau akan turun tangan menyelesaikan masalah ini seperti yang diharapkan semua orang," jelasnya.