Selasa 05 Feb 2013 07:03 WIB

Islam Jaminan Ketenangan dan Kemenangan untuk Prancis

Rep: Agung Sasongko/ Red: Karta Raharja Ucu
Muslim Prancis kerap mengalami perlakuan diskriminatif dari pemerintah.
Foto: AP
Muslim Prancis kerap mengalami perlakuan diskriminatif dari pemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Populasi umat Islam di Prancis semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu menjadi fenomena di Eropa.

Pakar studi Islam, Gilles Kepel mengungkap banyak pemuda yang menjadi mualaf karena dengan mudah berintergrasi dengan lingkungannya, satu hal yang sulit dijamin oleh sekularisme Prancis.

Charlie Loup, 21 tahun, warga St Maur des Fosses, memeluk Islam pada usia 19 tahun. Ia memilih Islam, setelah melalui masalah dengan lingkungan dan keluarganya.

"Saya merupakan bagian dari fenomena itu," kata dia yang sebelumnya penganut Katolik.

Menurut Loup, fenomena itu berawal dari rasa ingin tahu warga Prancis terhadap Islam dan muslim. Warga nonmuslim di beberapa daerah yang mayoritas muslim bahkan menjalankan puasa Ramadhan.

"Kami bukan nonmuslim tapi kami ingin merasakan kemeriahan bulan suci umat Islam tersebut," kata dia.

Sosiolog, Samir Amghar mengatakan Islam merupakan perlindungan bagi mereka yang ingin menjaga nilai-nilai keluarga dan persamaan rasa hormat antara pria dan wanita. "Jadi ada jaminan," kata dia.

Menurut Samir, di kalangan politisi keberhasilan merangkul komunitas muslim membuat peluang mereka untuk menang dalam pemilihan semakin besar.

Umat Islam pada dasarnya tidak menuntut lebih. Mereka hanya menginginkan adanya perluasan tradisi Islam ke ranah publik yang lebih luas.

Pemilik toko, Rafaello Silltti mengungkap budaya Prancis dan Islam dapat hidup bersama dalam damai. "Inilah yang harus kita tunjukan," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement