Selasa 12 Feb 2013 15:54 WIB

Ini Dua Cara Memutus Rantai Korupsi

Rep: M Akbar Wijaya/ Red: Dewi Mardiani
Seragam koruptor tahanan KPK (Ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA
Seragam koruptor tahanan KPK (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sulitnya korupsi diberantas di negeri ini adalah karena tidak adanya niat dari penyelenggara untuk itu. Menurut Ketua Panja Rancangan Undang-Undang Keuangan Negara, Achmad Dimyati Natakusumah, ada beberapa cara untuk membenahinya.

Dimyati mengatakan ada dua cara memutus mata rantai korupsi di Indonesia. Pertama lewat perbaikan regulasi. Cara ini bisa dimulai lewat revisi undang-undang keuangan negara yang akan segera dibahas DPR.

Menurutnya, ada sejumlah pasal di undang-undang keuangan negara yang bisa memberi kesempatan korupsi. Dia menjanjikan revisi undang-undang keungan negara akan memberi dampak signifikan bagi pembenahan sistem keuangan negara. “Saya geram sekali dengan para pejarah uang rakyat. Saya janji akan memperbaiki,” ujarnya di gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (12/2).

Cara kedua membenahi rekruitmen partai politik. Dimyati mengatakan partai politik bertanggung jawab penuh dalam menempatkan orang-orangnya di posisi strategis negara. Partai politik haru s bisa mengejawentahkan fungsi mereka sebagai alat demokrasi menuju kesejahteraan bangsa. “Rekruitment partai politik bermasalah,” katanya.

Politisi Partai Persatuan Pembangunan ini mengatakan, sejumlah partai politik sengaja memerintahkan kader mereka mencari dana untuk pembiayaan organisasi.

Situasi ini pada akhirnya menciptakan semacam mata rantai kejahatan yang tidak akan berhenti meski pelaku korupsi ditangkap. “Partai seolag memerintahkan secara tidak langsung untuk melakukan korupsi,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement