REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rahmad Budi Harto
Dalam setiap suratnya, Columbus selalu menceritakan obsesinya untuk merebut Yerusalem dengan didanai dari emas yang ditemukan di Dunia Baru.
Karibia, 26 Desember 1492. Dalam ekspedisi perdananya, Cristophorus Columbus menuliskan dalam jurnal yang dikenal sebagai Diario bahwa dia ingin mencari sebanyak mungkin emas dan rempah-rempah di Dunia Baru.
“Dalam jumlah yang sangat besar, sehingga penguasa akan mempersiapkan penaklukan Makam Kudus (Holy Sepulchre). Sehingga, saya meminta kepada Yang Mulia agar membelanjakan semua hasil keuntungan dari ekspedisi saya ini untuk penaklukan Yerusalem.”
Penguasa yang disebut Columbus dalam jurnal ekspedisinya ke Benua Amerika itu tentu saja adalah Raja Ferdinand dan Ratu Isabela, pemimpin Spanyol yang telah mendanai ekspedisinya, pasangan pemimpin Kristen yang berhasil mengakhiri dominasi kaum Muslim dan Yahudi dari Spanyol.
Kalimat dalam jurnal itu juga menunjukkan bahwa bukan kali itu saja Columbus menyebutkan niat utamanya mencari peruntungan dari penjelajahan ke Dunia Baru adalah demi penaklukan Yerusalem dan itu bukanlah ekspedisi terakhir.
Ketika bertemu dengan warga asli Benua Amerika, Columbus ingin mereka diperlakukan dengan baik agar mau memeluk agama Kristen. Tapi, walau mereka sudah mendatangi berbagai tempat yang belum pernah dikunjungi orang Eropa, Columbus terus berlayar untuk menemukan daratan utama agar bisa menemukan komoditas berharga, seperti rempah-rempah dan emas. Banyak sejarawan akhirnya menilai Columbus memang terobsesi untuk mengejar harta dalam ekspedisinya ke Amerika.
Emas memang menjadi salah satu tujuan utama. Tapi, motif sesungguhnya yang mampu menggerakkan Columbus menempuh pelayaran yang mahaberat itu kembali terkuak dalam suratnya pada 4 Maret 1493 yang ditujukan kepada Raja Ferdinand dan Ratu Isabela, sebelum Columbus pulang dari pelayaran pertamanya.
“Dalam tujuh tahun dari hari ini, saya akan sanggup membayar Yang Mulia untuk menyediakan lima ribu kavaleri dan 50 ribu tentara berjalan kaki untuk perang menaklukkan Yerusalem. Untuk tujuan inilah penjelajahan ini dilakukan.”
Hampir sepuluh tahun kemudian, Columbus masih saja terpaku pada tema penaklukan Yerusalem. Sebuah surat yang ditulis pada Februari 1502 kepada Paus Aleksander VI menyebutkan, “Perjalanan ini dilakukan dengan tujuan untuk membelanjakan dana yang telah diinvestasikan untuk membantu kuil suci dan Gereja Suci,” sambil kembali menyebut jumlah kuda dan pasukan yang diharapkan tersedia. Kemungkinan, surat itu tak pernah dikirimkan.
Dalam surat lain yang disebut sebagai Lettera Rarissima bertanggal 7 Juli 1503 di Hispaniola dan ditujukan kepada penguasa Spanyol, Columbus menceritakan mengenai kejadian pada pelayarannya yang keempat. Pada akhir surat, tema penaklukan Yerusalem lagi-lagi muncul. “Yerusalem dan Gununf Sion akan dibangun kembali oleh tangan-tangan umat Kristen, sesuai dengan apa yang difirmankan Tuhan lewat mulut Nabinya di Kitab Mazmur Pasal 14.”
Lalu, pada 19 Mei 1506, satu hari sebelum kematiannya, Columbus mengesahkan Majorat atau surat wasiat yang aslinya sudah ditulis sejak 22 Februari 1498 dan ditambahkan isinya pada 25 Agustus 1505. Wasiatnya menyebut tentang pendirian pundi dana untuk pembebasan Yerusalem.
Sejak awal, Columbus memang terobsesi terhadap Yerusalem sebagai tujuan utama dari empat ekspedisinya ke Benua Amerika yang berlangsung empat kali itu. Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Wisconsin-Madison John Phelan mengungkapkan, harapan mengenai penaklukan Yerusalem dengan memanfaatkan emas yang ditemukan di Dunia Baru mungkin telah diucapkan Columbus kepada Ferdinand dan Isabela sebelum dia berangkat berlayar dari Palos, 3 Agustus 1492.
Namun, mungkin saja ide ini telah dicetuskan lebih dini, yaitu selama pengepungan Granada pada 1489, benteng terakhir kekuasaan Muslim di Spanyol. Saat itu, duta besar Sultan Mesir (Dinasti Mamluk) datang meminta pasukan Spanyol menghentikan peperangan atau Muslim akan menghancurkan Holy Sepulchre, sebutan lain untuk Yerusalem. (bersambung)