REPUBLIKA.CO.ID, Ribuan Muslim Syiah berunjuk rasa untuk hari kedua, menyusul pemboman yang menewaskan 84 orang, Senin (18/2). Keluarga korban menolak menguburkan keluarga mereka yang tewas hingga militer mengambil tindakan terhadap para militan yang menarget suku minoritas tersebut.
Keluarga para korban menolak menguburkan keluarga mereka yang tewas hingga militer mengambil tindakan terhadap para militan yang menarget suku minoritas itu, seperti dilansir voaindonesia.
Sementara itu pihak berwenang mengatakan, sejumlah militan yang mengenakan rompi bunuh diri dan menyamar sebagai polisi menyerang kantor seorang pejabat tinggi politik di Pakistan Barat Laut, menewaskan enam orang.
Pakistan sering menghadapi serangan militan dalam beberapa tahun terakhir, dimana banyak di antaranya dilakukan oleh Pakistan Taliban, yang melangsungkan pemberontakan berdarah terhadap pemerintah. Warga Syiah di negara itu kini semakin sering menjadi sasaran kelompok-kelompok militan Sunni yang radikal dan bersekutu dengan Taliban. Taliban tidak percaya bahwa Syiah adalah benar-benar Muslim.
Banyak dari serangan sektarian ini terjadi di bagian Barat Daya Propinsi Baluchistan, yang memiliki konsentrasi warga Syiah terbesar di Pakistan. Kebanyakan mereka adalah Hazara, kelompok etnik yang bermigrasi dari Afghanistan lebih dari seabad yang lalu.