REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Pemberontak FARC Kolombia menewaskan tujuh tentara dan melukai lima lainnya dalam pertempuran pada Rabu. Itu merupakan pukulan terburuk terhadap pasukan keamanan sejak pembicaraan perdamaian dimulai akhir tahun lalu.
''Sejumlah orang tak dikenal dari pemberontak juga tewas dalam pertempuran di selatan Provinsi Caqueta,'' kata militer dalam satu pernyataan.
Kekerasan telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir saat FARC atau Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia meningkatkan tekanan kepada pemerintah. Sementara, kedua pihak mengupayakan pembicaraan terakhir bagi perang selama lima dasawarsa dalam pembicaraan di Kuba.
Para gerilyawan Marxis yang mencabutt gencatan senjata sepihak pada 20 Januari itu telah meningkatkan serangan terhadap target sipil dan militer. Mereka menculik sandera dan meledakkan infrastruktur minyak dan energi dalam upaya memaksa pemerintah untuk menangguhkan permusuhan.
Presiden Kolombia, Juan Manuela Santos, telah mengatakan bahwa serangan militer akan berakhir hanya jika perdamaian tercapai.
FARC, kelompok pemberontak terbesar dan tertua di Amerika Latin, berencana akan membebaskan tawanan dua petugas patroli polisi dan seorang prajurit segera mungkin pada Kamis. Langkah yang bisa mengurangi beberapa ketegangan di meja perundingan disebabkan oleh eskalasi konflik.