REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jika lembaga survei Markplus menempatkan pasangan Dede Yusuf dan Lex Lesmana sebagai pemenang, Konsultan Politik dan Marketing PolMark Indonesia memiliki hasil berbeda.
Direktur Utama PolMark Indonesia Eep Saefulloh Patah menjelaskan, hasil mobile survei itu menunjukan elektabilitas (tingkat keterpilihan) pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar tertinggi dari kandidat lainnya. Termasuk Dede Yusuf Macan Effendy-Lex Laksamana.
Eep menunjukkan, tiga kandidat tertinggi adalah Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar dengan suara 26,6 persen, Dede Yusuf Macan Effendi-Lex Laksamana 18,6 persen dan Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki 11,4 persen. Sementara di posisi kedua terbawah yakni, Irianto MS Syafiuddin-Tatang Farhanul Hakim 8,1 persen serta Dikdik MA Mansyur-Cecep NS Toyib 2,4 persen.
Eep menilai, pemilih galau itu berpotensi menyebar kepada kelima pasang kandidat pada hari pencoblosan 24 Februari nanti. Namun, pemilih ini juga berpotensi masuk ke dalam golongan putih (golput).
Terkait aksi politik uang, Eep menilai hal tersebut tidak akan terlalu menentukan sebagai faktor utama pemenangan kandidat. Sebab, survei mencatat hanya 14,8 persen pemilih yang menerima uang lantas mencoblos kandidat tersebut.
"Masyarakat sudah cerdas, pengaruh money politic relatif kecil," katanya.
Eep juga mengaku PolMark jarang mempublikasi hasil survei kepada publik. Sebab, hasil diperuntukan bagi klien (tim pemengan kandidat) sebagai dasar penyusunan peta situasi kompetisi serta panduan pembuatan agenda kerja.
Pengumaman hasil survei ini, katanya, bertujuan untuk meluruskan opini masyarakat yang tersesat oleh lembaga survei yang tidak profesional. Pasalnya lembaga survei tersebut kerap memberikan data palsu demi membahagiakan kandidat tertentu. "Hasil survei kami bisa dipertanggungjawabkan," kata Eep.