REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Arab Spring membawa dampak pada dunia otomotif, Pasalnya, kebutuhan perlindungan ekstra bagi orang kaya membuat sejumlah perusahaan mobil antipeluru kebanjiran pesanan.
Perusahaan seperti INKAS dari Kanada, Jankel dari Inggris, dan Transeco dari Jerman mendapat keuntungan besar selama satu dekade terakhir. Meski perang Irak dan Afganistan mereda, namun pesanan mobil anti peluru masih meningkat.
Pendatang baru dalam industri kendaraan anti peluru, Ares Security Vehicles mengatakan ada peningkatan jumlah pesanan. "Mobil kemananan ini akan ke Irak," kata CEO perusahaan tersebut, Marc Roulle dilansir Reuters, Senin (4/3).
Selain ke Irak, mereka juga melayani pesanan ke Libya dan Rusia. Meski ada pemotongan anggaran di seluruh dunia, perusahaan konsultan IHS Jane mengatakan pasar untuk kendaraan militer konvensial mencapai lebih dari empat persen per tahun. Namun, permintaan kendaraan lapis baja lebih dari jumlah tersebut.
Standard tinggi kendaraan anti peluru digunakan Presiden AS, Barack Obama. Kendaraan itu diyakini memiliki berat beberapa ton dan memiliki senjata serta penyimpanan udara jika ada serangan senjata kimia.
Pembuat mobil terkenal seperti Mecedes-Benz, BMW, dan Jaguar Land Rover juga membuat kendaraan lapis baja. Sebagian besar industri kendaraan lapis baja berada di luar AS dan Eropa karena lebih murah dan peraturannya tidak ketat.