REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana pembubaran Detasemen Khusus (Densus) 88 yang belakangan ini kencang dikoarkan sejumlah pihak, mendapat penentangan keras dari Polri.
Menurut Korps baju coklat itu, bubarnya Densus 88 malah akan menyebabkan situasi di bumi Indonesia semakin kacau, khususnya mengenai pengendalian keamanan.
Bahkan Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri Komjen Sutarman menyakini, jika detasemen yang sudah 10 tahun bergelut dengan terorisme ini dibubarkan, ledakan bom tak akan jarang terjadi di Indonesia.
“Bila benar Densus 88 harus bubar, mungkin bom demi bom akan mewarnani Indonesia lagi seperti beberapa tahun silam,” ujar jenderal bintang tiga di Gedung Bareskrim Polri Jakarta Selatan, Rabu (6/3).
Bukan maksud menakut-nakuti Sutarman mengatakan hal tersebut. Faktanya, kata Sutarman, hanya Densus 88 yang selama ini fokus menangani terorisme menjadi dasar pernyataannya tersebut. Segala rencana, upaya intelegensi hingga taktik dalam membasmi teroris sudah matang dikuasai detasemen antiteror ini.
Sehingga, tak berlebihan menurutnya jika tanpa Densus 88, niscaya kepolisian akan sering kecolongan oleh peristiwa bom yang dilakukan teroris.
Pria yang pernah menjadi ajudan mantan presiden Gus Dur ini pun tegas mengatakan, bubarnya Densus 88 adalah kemunduran bagi upaya Negara dalam menangani teroris. “Densus 88 bubar teroris menang. Jadi jangan masyarakat terpancing oleh isu-isu yang membuat Densus 88 layak dibenci,” kata dia.