REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Layanan publik di Jepang diliburkan Senin (1/3) untuk memperingati gempa bumi hebat dan tsunami yang mengguncang negara tersebut dua tahun lalu. Upacara digelar di tiga perfektur yang mendapat dampak terburuk tsunami.
BBC melaporkan lebih dari 18 ribu tewas dalam bencana tersebut. Tsunami juga membuat pembangkit listrik tenaga nuklir Jepang berada dalam kondisi krisis. Sejak itu, sebagian besar reaktor nuklir Jepang dinonaktifkan.
Pada Ahad (10/3) kemarin, ribuan orang berkumpul di Tokyo untuk mendesak penghentian tenaga nuklir. Sebanyak 50 reaktor nuklir Jepang dimatikan setelah gempa bumi dan hanya dua yang kemudian dihidupkan kembali.
Meski demikian, Perdana Menteri Jepang, Snzho Abe mengindikasikan dia ingin menghidupkan kembali reaktor setelah pengecekan keselematan. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin mendesak.
Sebanyak 160 ribu orang dievakuasi dari lokasi pembangkit tenaga nuklir. Tiga reaktor rusak setelah tsunami mengganggu sistem pendinginan.
Puluhan ribu orang dievakuasi dari wilayah utara. Pemerintah menghabiskan miliaran dolar AS untuk rekonstruksi namun dikritik karena progresnya lama.
Berdasarkan sumber resmi, 15.881 orang tewas dalam bencana tersebut dan 2.668 lainnya belum ditemukan.