REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mekanisme pemilihan ketua umum Partai Demokrat dalam Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar akhir Maret ini, masih menjadi perdebatan di internal partai besutan Presiden SBY tersebut.
Beberapa anggota majelis tinggi Partai Demokrat seperti Jero Wacik, Syarief Hasan, dan Ee Mangindaan mengungkapkan pemilihan ketum secara aklamasi merupakan jalan terbaik. Namun, sejumlah kader berharap langkah aklamasi tak ditempuh. Alasannya, pemilihan ketum tergantung suara DPD dan DPC yang akan diatur melalui mekanisme kongres.
Pengamat politik Hanta Yuda menilai wacana pemilihan ketum melalui aklamasi merupakan cerminan dari suara Cikeas. Karena majelis tinggi pada mulanya telah merencanakan kekosongan kursi ketum diisi pelaksana tugas (plt) sementara. Sambil menunggu kondisi partai stabil dan ketum dipilih melalui kongres.
Namun karena pertimbangan administrasi dan aturan penyerahan daftar calon sementara (DCS) ke KPU, pemilihan ketum terpaksa harus dilaksanakan segera.
Dalam situasi partai yang belum terlalu pulih, menurut Hanta tidak mengherankan bila Ketua Majelis Tinggi, SBY menyusun agar ketum yang dipilih telah disepakati terlebih dahulu sebelum KLB dilangsungkan.
Tujuannya, agar ketum yang menggantikan Anas Urbaningrum tidak menjadi matahari kembar seperti SBY dengan Anas sebelumnya di Demokrat.
Hanta menyebut, tidak sulit membaca maksud SBY, jika yang dibutuhkannya hanya ketum yang bisa dijadikan satelit politik. Itu bisa dibaca dengan munculnya nama-nama yang disinyalir berasal dari kubu Cikeas, seperti Direktur Eksekutif Partai Demokrat Toto Riyanto, Hadi Utomo, dan tokoh eksternal Pramono Edhie Wibowo.
Namun, SBY juga dihadapkan dengan kenyataan ada kekuatan faksi-faksi yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Seperti kekuatan Marzuki Alie dan pendukungnya, serta kelompok yang masih setia kepada Anas Urbaningrum yang diwakili Saan Mustopa. Kelompok-kelompok itu masih menginginkan kompetisi dalam pemilihan ketum.
"Jadi KLB nanti antara aklamasi dan kompetisi. Semuanya masih tergantung kesepakatan faksi-faksi yang ada," kata Hanta saat dihubungi ROL, Sabtu (16/3).