REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Mantan Presiden Pakistan Pervez Musharraf kembali ke Pakistan, Ahad (24/3). Dia tetap pulang ke Pakistan meski mendapat ancaman dibunuh oleh Taliban. Lebih dari 1.500 pendukung Musharaff menyambut kedatangannya di bandara Karachi. ‘’Aku datang kembali untuk anda. Saya ingin mengembalikan Pakistan ketika aku pergi,’’ katanya.
Musharraf kemudian keluar dari bandara di dalam sebuah kendaraan lapis baja, dikelilingi oleh barisan polisi, dan pasukan keamanan paramiliter. ‘’Rencananya Musharaff akan menghabiskan beberapa hari di sebuah hotel di Karachi, di mana dia dan timnya akan membahas detail rencana untuk pemilu mendatang,’’ kata juru bicara Musharaff, Saima Ali Dada.
Sementara itu, tim kuasa hukumnya akan bertemu untuk memutuskan cara terbaik untuk menanggapi tuduhan kasus yang membelit Musharaff. Musharaff berharap, kedatangannya untuk mendapatkan kembali pengaruhnya, sehingga dia dapat memenangkan kursi dalam pemilihan umum yang dijadwalkan 11 Mei mendatang, meski dia akan menghadapi persaingan ketat.
Musharraf, yang merupakan seorang kepala militer yaitu jenderal bintang empat, mengambil alih kekuasaan dalam kudeta militer tahun 1999. Selama pemerintahannya, dia dikritik dan menghadapi protes meluas karena mencoba untuk memberhentikan Ketua MA yang populer.
Musharraf juga diduga membunuh mantan perdana menteri Pakistan Benazir Bhutto tahun 2007, serta pembunuhan Akbar Bugti, seorang pemimpin nasionalis Baluch yang meninggal pada bulan Agustus 2006 setelah pertikaian dengan militer Pakistan. Setelah memimpin Pakistan selama hampir satu dekade, dia dipaksa mundur pada tahun 2008. Dia kemudian meninggalkan negara itu dan telah tinggal di London dan Dubai sejak itu.