REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Mantan Ketua DPC Partai Demokrat Cilacap, Jawa Tengah, Tri Dianto, tak diizinkan panitia masuk ke arena kongres luar boasa (KLB) Partai Demokrat yang berlangsung di Sanur, Denpasar, Bali.
Lebih dari itu, dia juga diamankan oleh sejumlah petugas keamanan dan panitia KLB, serta melarang Tri meninggalkan Rama Sita Room di Hotel The Grand Bali Beach, Denpasar, tempat dia diamankan.
"Iya, saya diamankan. Saya juga tidak boleh masuk ke Arena kongres," kata Tri, dalam wawancara melalui pesan singkat (SMS) kepada Republika, Sabtu (30/3).
Wawancara melalui SMS dilakukan, karena panitia melarang wartawan mewawancarai Tri Dianto. Salah seorang panitia berkulit putih berbadan tegap besar, menyebutkan tidak ada lagi ada wawancara. Pernyataan itu disampaikan panitia, sesaat setelah Tri Dianto diwawancarai oleh wartawan sebuah stasiun televisi swasta nasional.
Menurut Tri perlakuan yang diterimanya itu seakan-akan dia akan membuat kacau arena kongres. Sebagai kader, dia merasa berhak untuk masuk ke arena kongres, kendati pun tidak masuk kedalam ruang-ruang sidang. "Saya ini bukan pemberontak partai, saya tidak akan membuat kacau kongres, mengapa saya diperlakukan seperti ini," kata Tri.
Dikatakannya, dia diamankan petugas karena ingin masuk ke arena dan mencalonkan diri sebagai ketua umum. Padahal dia sudah mengirim pesan melalui BBM kepada panitia agar diizinkan masuk, namun tidak ada respona.
Karena itu, Tri menilai, panitia KLB tidak punya itikad baik untuk menjaga pelaksanaan KLB agar tetap konstitusional. Dengan perlakuan panitia seperti itu nilainya, kongres cacat hukum dan tidak sejalan lagi dengan konstitusi partai.
Ditanya, apakah dia akan memberikan selamat kepada SBY bila terpilih sebagai ketua umum Partai Demokrat, Tri menjawab diplomatis. "Bagaimana saya akan memberikan ucapan selamat, padahal saya tahu KLB tidak berjalan sesuai konstitusi partai," katanya.
Tri tetap pada keyakinannya bahwa ada 392 cabang yang ada di arena kongres akan mencalonkan dirinya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Hanya saja Tri menolak menyebutkan nama-nama atau salah satu nama para loyalis Anas Urbaningrum, dengan alasan menjaga kelangsungan posisi yang bersangkutan sebagai ketua partai.