Selasa 02 Apr 2013 09:03 WIB

Jadi Ketum Demokrat, SBY Bentuk Presiden Harian?

  Ketua Umum DPP Partai Demokrat terpilih Susilo Bambang Yudhoyono, menyapa kader partainya usai berpidato politik di Sanur,Denpasar,Sabtu (30/3). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Ketua Umum DPP Partai Demokrat terpilih Susilo Bambang Yudhoyono, menyapa kader partainya usai berpidato politik di Sanur,Denpasar,Sabtu (30/3). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penunjukan Menteri Koperasi dan UMKN, Syarif Hasan sebagai Ketua Pengurus Harian Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat oleh SBY yang terpilih sebagai ketua umum, menjadi candaan di jejaring sosial, Twitter.

Seperti dalam akun twitter ‏@rio_capella milik Patrice Rio Capella menulis, "Mau tanya tweeps, setelah ada ketua harian demokrat, apakah ada juga presiden harian republik Indonesia..?? Mhn infonya#rakyattanya#"

Sindiran datang dari Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch, Emerson Yuntho. Lewat akun Bukan Ketua Umum ‏@emerson_yuntho, Emerson menyindir keputusan Presiden SBY yang menerima jabatan sebagai Ketum Partai Demokrat menggantikan Anas Urbaningrum.

"Kalau begitu @presidenSBY saya angkat jadi Presiden harian aja gmn?" sindir Emerson.

Sindiran kepada SBY terus mengalir. Kali ini datang dari pemilik akun @HarisRusly yang menulis, "Apa benar Presiden SBY akan bentuk jabatan baru: PRESIDEN HARIAN RI?"

Anggota Komisi II FPDIP, Arif Wibowo berpendapat Presiden SBY semestinya lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara ketimbang kepentingan partai. Sebab banyak persoalan bangsa dan negara yang menuntut perhatian lebih dari presiden. “Banyak hal yang mesti menjadi fokus presiden,” kata Arif kepada ROL, Senin (1/4).

Sementara pengamat politik The Indonesia Institute, Hanta Yunda percaya SBY akan kehilangan fokus kerja mengurus negara. Tindakan SBY itu berbanding terbalik dengan perintah kepada para menteri untuk tidak sibut mengurus partai. “Konsistensi SBY dipertanyakan,” ujarnya di Jakarta, Senin (1/4).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement