REPUBLIKA.CO.ID,KULONPROGO--Sebagian petani di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak mengoperasikan traktor untuk membajak sawah akibat kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak jenis solar sejak lima hari terakhir.
Pemilik traktor di Kecamatan Lendah Sumo Wiyono di Kulon Progo, Selasa, mengatakan sejak lima hari terakhir dirinya dan petani lain kesulitan mendapatkan solar untuk bahan bakar traktor.
"Padahal kami sudah memiliki surat rekomendasi dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Energi Sumber Daya Mineral (DisperindagESDM) dan Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertan) Kulon Progo, tetapi tetap sulit mendapat solar," kata Sumo.
Ia mengatakan solar di beberapa SPBU di Kulon Progo sudah habis dan tidak menyediakan solar bersubsidi. Bahkan untuk mendapatkan solar, dirinya harus mencari ke luar daerah, namun terkadang tidak membuahkan hasil.
"Kami sangat sulit mendapatkan solar bersubsidi. Saya sampai mencari solar ke Gamping (Sleman) dan Purworejo (Jawa Tengah), tetap saja kami tidak mendapatkannya," katanya.
Ia mengatakan dirinya memiliki empat unit traktor, tapi hanya dua traktor yang dioperasikan, akibat kelangkaan solar. "Padahal permintaan membajak sawah lebih dari 20 hektare di Desa Kedungsari Kecamatan Pengasih, belum termasuk di wilayah Kecamatan Wates. Ini belum bisa selesai karena solar sulit," katanya.
Ia mengatakan, setiap satu unit traktor dalam sehari membutuhkan 20 liter solar untuk membajak satu hektare sawah. Demi mendapatkan solar agar tetap bisa bekerja, Suma rela membeli solar dengan harga lebih tinggi dari pemilik truk yakni Rp 6 ribu/liter dari harga normal Rp4.500/liter.
"Asal bisa kerja, saya mau beli solar Rp6 ribu/liter dari truk, tapi setiap hari saya juga cuma diberi 20 liter. Kalau truk bisa beli solar ke mana-mana, dia lebih gampang dapat solar," katanya.
Meski kesulitan mendapatkan solar, kata Sumo, dirinya tidak banyak menaikkan tarif. Biasanya setiap 2.500 meter persegi dikenai tarif Rp150 ribu naik Rp20 ribu atau Rp170 ribu.
.