REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Starbucks bisa jadi menjadi salah satu ikon kopi saat ini. Sejak tahun 1971, perusahaan ini telah mengolah biji kopi dengan kualitas terbaik di dunia. Tak kurang dari 16 ribu gerai Starbucks sudah tersebar di seluruh dunia.
Di Indonesia, kafe ini telah memiliki 147 outlet yang berlokasi di Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Yogyakarta, Medan, Balikpapan, Semarang, Batam dan Makassar.
Semacam ada gengsi tersendiri kala anak muda menyempatkan waktu 'kongkow-kongkow' disitu. Umumnya tak hanya datang sekedar 'ngopi', kehadiran mereka bahkan menjadi semacam gaya hidup kelas menengah ke atas.
Perlu waktu yang tak singkat membawa kafe ini mendunia melalui aroma kopinya. Keberhasilan merek ini mendunia barangkali bisa dicontoh oleh produsen kopi dan minuman Indonesia agar bisa go global.
Chairman, President & Chief Executive Officer (CEO) Starbucks Coffee Company, Howard Schultz, saat kunjungannya ke Indonesia, Rabu (3/4) kemarin menceritakan pengalamannya dalam mengelola Starbucks. Kepada pengusaha Indonesia, ia berbagi bagaimana perusahaan ini membangun merek global selama 40 tahun.
Schultz menyebutkan bahwa kunci sukses perusahaannya adalah cinta (love) dan kemanusiaan (humanity). Kedua hal ini menurutnya tidak diajarkan dalam buku dan kelas bisnis manapun.
"Selain itu, dalam menjalankan bisnis, ada sebuah rangkaian kesuksesan yang telah kami alami dan akan kami sampaikan kuncinya ke kalangan bisnis manapun yang hadir di sini, dan hal tersebut adalah ‘kepercayaan’," ujar dia, dalam rilis yang diterima.
Tak hanya sekedar nasihat ‘karekter pengusaha, Schultz mengatakan saat ini media sosial memegang peranan penting dalam membangun dan mengelola sebuah merek global. Hal ini yang dilakukan Starbucks dengan mengalokasikan sebagian besar dana pemasarannya ke media sosial.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengajak pengusaha Indonesia belajar membangun merek global dari Starbucks. Gita memuji Starbucks karena memiliki keseimbangan dalam hal profit dan proyek sosial.
"Dengan adanya kesadaran pada aspek sosial dan melakukan pembinaan kepada pegawai serta komunitas lokal, maka masyarakat dan juga pengusaha kecil dapat diuntungkan dengan kehadiran Starbucks,” ujar Gita.
Starbucks mulai masuk pada tahun 2002 melalui PT Sari Coffee Indonesia. Gerai pertama Starbucks yang didesain dengan gaya populer terletak di Plaza Indonesia, di jantung Ibu Kota Jakarta.
Dari sisi komoditas Indonesia, selama kurun waktu 2007-2012, ekspor kopi dilaporkan tumbuh rata-rata 10 persen tiap tahun. Ekspor kopi berkontribusi minimal satu persen dari total nilai ekspor non migas. Tahun 2011, nilai ekspor kopi sebesar 1,04 miliar Dolar.
Sedangkan tahun 2012, nilai ekspor kopi menembus 1,2 miliar Dolar. Pemerintah pun optimistis ekspor komoditas kopi kembali menunjukkan peningkatan yang pesat. Nilai ekspor kopi tahun lalu merupakan tertinggi dari nilai ekspor selama lima tahun terakhir.