Senin 08 Apr 2013 19:45 WIB

Pengamat: Nihil Metode Ampuh Tangani Kejahatan Dunia Maya

Rep: Wahyu Syahputra/ Red: Dewi Mardiani
Kriminolog Universitas Indonesia Prof Adrianus Meliala
Kriminolog Universitas Indonesia Prof Adrianus Meliala

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat kriminalitas menjelaskan, belum ada metode ampuh mencegah orang menjadi korban tindak kejahatan dunia maya. ''Belum ada satu metode yang ampuh, untuk mencegah orang menjadi korban kejahatan di dunia maya,'' Kata Kriminolog, Adrianus Meliala, ketika dihubungi, Senin (8/4).

Komisioner Komisi Kepolisian Nasional ini mengatakan, inilah sebuah ciri khas kejahatan di dunia maya. Sifatnya reaktif, artinya korban harus ada dulu dan jika sudah terjadi baru direspons. ''Sifatnya reaktif,'' Kata Adrianus. Dia mengatakan, saat ini baru bisa dilakukan langkah yang bersifat reaktif saja. Jadi belum bisa dilakukan pengamatan yang sifatnya preventif.

Menurut dia, langkah yang preventif pun hanya bersifat konvensional. ''Bahkan, langkah preventif pun bersifat konvensional,'' katanya. Langkah konvensional tersebut seperti adanya penyuluhan tentang berkenalan harus tatap muka dan kewaspadaannya. Menurut Adrianus, banyaknya modus kejahatan melalui Facebook, membuat orang harus mawas ketika berkenalan dengan seseorang di Facebook.

 

Tapi, menurut Adrianus, ada keuntungannya mengenai kasus yang terjadi berawal dari dunia maya. Jika ketahuan bisa langsung dilacak Facebook-nya, dan bisa dilakukan pengejaran karena di profilnya sudah ada lokasi, nomor yang bisa dihubungi, dan alamat rumah. ''Lebih mudah kasus di dunia maya dalam pelacakan setelah kejadian,'' katanya.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto, mengatakan setiap website memiliki nomor yang bisa dihubungi. Seperti Facebook pasti ada nomor orang yang punya. Dari sana, pelacakan polisi mengenai kejahatan yang berawal dari media sosial. ''Cepat atau lambat pasti ditemukan. Karena alamat yang diberikan pasti sama dengan alamat pelaku,'' katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement