Ahad 14 Apr 2013 14:13 WIB

Kredit Investasi Melambat

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Heri Ruslan
Investasi (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf
Investasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Realisasi kredit investasi melambat hingga 12,9 persen year on year (yoy). Persentasenya dari 33,2 persen pada triwulan I 2012 menjadi 20,3 persen pada triwulan I 2013.

Melambatnya realisasi kredit investasi tidak diikuti dengan dua kredit lainnya. Kredit modal kerja justru meningkat dari 23,4 persen pada triwulan I 2012 menjadi 24,5 persen pada triwulan I 2013. Demikian juga kredit konsumsi, naik dari 19,6 persen pada triwulan I 2012 menjadi 20,3 persen pada triwulan I 2013.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) terpilih, Perry Warjiyo, mengatakan salah satu penyebab melemahnya kredit investasi adalah harga komoditas dunia yang terus turun, sementara harga minyak dunia terus naik. "Di tengah investasi bangunan yang masih tumbuh kuat, tujuh hingga delapan persen, investasi non bangunan cenderung melambat," katanya dijumpai akhir pekan lalu.

Investasi non bangunan yang dimaksud, kata Perry, misalnya pembelian mesin peralatan, selain tanah dan bangunan. Respon dari semua ini adalah bank-bank akhirnya mencari penyaluran kredit ke sektor lain. Ini kemudian yang menyebabkan kredit modal kerja dan kredit konsumsi mengalami lonjaka.

Pasar kedit konsumsi di Indonesia masih sangat besar dan bunganya masih menjanjikan. Khususnya bunga dari kartu kredit yang tinggi, sementara risikonya tidak terlalu tinggi. Kredit konsumsi lainnya termasuk kredit kendaraan bermotor, dan kredit kepemilikan rumah (KPR).

Ekonom Universitas Indonesia, David Sumual juga memproyeksikan pergerakan kredit investasi di Indonesua masih tetap datar. "Masih banyak ketidakpastian, khususnya dari ekonomi global," ujarnya melalui sambungan telepon. Di dalam negeri, contoh ketidakpastian itu adalah kebijakan kenaikan atau pengendalian BBM subsidi.

Momen menjelang pemilihan umum (pemilu), kata David, juga menyebabkan investor menahan sementara investasinya. Pasalnya tekanan internal dari kegiatan pemilu ini sangat tinggi. Misalnya, pejabat negara yang sebagian besarnya anggota partai, seperti menteri, akan sibuk dengan partainya dan memberi pengaruh terhadap investasi.

Direktur Keuangan Bank Mandiri, Pahala Nugraha Mansury mengatakan perusahaan berhati-hati menyalurkan kredit korporasi tahun ini. "Kredit korporasi sengaja kami kurangi dari 18-19 persen 2012 lalu menjadi 16-18 persen tahun ini," katanya. Salah satu alasannya karena sektor komoditas dan pertambangan masih belum mengalami perbaikan signifikan.

Perusahaan juga memperkirakan kredit valuta asing (valas) yang biasanya untuk pembiayaan ekspor juga diperkirakan di bawah realisasi tahun lalu yang bertumbuh 23,6 persen. Bank Mandiri akan mengalihkan kredit investasinya ke sektor-sektor yang fokus ke bisnis domestik. Di antaranya customer, telekomunikasi, serta infrastruktur, khususnya kelistrikan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement