REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Presidium Grassroots Solidarity, Taufik Amrullah berpendapat, presiden tidak harus dari Suku Jawa.
Makanya, masyarakat perlu diberi edukasi politik yang bagus. “Salah satu tugas kami adalah memberikan edukasi politik bagi masyarakat grassroots seperti petani, buruh, mahasiswa agar melek politik,” katanya di Jakarta, Kamis, (18/4).
Sebenarnya, ujar Taufik, pemimpin di negara-negara maju sudah tidak dipilih berdasarkan etnisnya lagi. Sebagai contoh di Amerika, Obama yang berasal dari kulit hitam minoritas bisa memimpin negara dengan mayoritas kulit putih. Menurutnya, calon presiden (capres) tidak harus dari Jawa, bisa saja dari Sumatra.
Obama, kata Taufik, di Amerika bisa menang karena ia mencitrakan diri menjadi seorang pekerja sosial. Padahal, pekerjaan pekerja sosial merupakan pekerjaan yang tidak elit yang hanya dilakukan narapidana yang akan bebas, maupun para biarawan dan biarawati yang meninggalkan keduniawian.
"Namun Obama yang berasal dari kalangan elit menunjukkan pekerja sosial merupakan pekerjaan yang mulia, dan bisa membuat anak-anak muda di sana bangga menjadi pekerja sosial," katanya.
Intinya, ujar Taufik, seorang capres harus memiliki kapabilitas, integritas, dan mampu memberikan contoh dan inspirasi yang baik bagi para pemuda bangsa. Sehingga, mereka tidak terjebak pada sikap apatis dalam pemilihan presiden.