REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para ulama Muslim di Boston mengutuk keras serangan teror mematikan dalam pemboman maraton Boston. Mereka mengatakan takut akan pembalasan terhadap komunitas Muslim.
"Saya tidak peduli siapa atau apa penjahat ini, tapi saya tidak mengnal penjahat ini sebagai bagian dari kota saya atau komunitas agama saya," kata Direktur Eksekutif untuk Masyarakat Islam Pusat Kebudayaan Boston, Yusufi Vali, dilansir CNN. Menurutnya, penjahat tersebut harus segera diadili.
"Saya marah pada penjahat ini yang mencoba mengoyak kota kami. Kami akan tetap bersatu dan tidak membiarkan mereka mengubah siapa kita sebagai warga Boston," ujarnya. Vali mengatakan tidak ada staf yang akrab dengan terduga pelaku bom Boston, Tamerlan Tsarnaev (26 tahun) dan Dzhokar Tsarnaev (19 tahun).
Pesan pada akun Twitter yang dikaitkan dengan Tamerlan Tsarnaev yang diposting setelah hari pengeboman secara luas bersifat sekuler. Sementara, berbagai wawancara dengan teman sekelas Dzhokar tidak memberi petunjuk pada agamanya. Pemimpin komunitas Muslin di Boston juga mengatakan tidak tahu Tsarnaev bersaudara.
Ibu terduga, Zubeidat Tsarnaeva mengatakan putra sulungnya terlibat agama lima tahun lalu. Pamannya, Ruslan Tsarni menggambar keponakannya sebagai pecundang yang kebetulan Muslim. Namun, dia mengatakan agama keponakannya tidak memainkan peran dalam pengeboman. "Tidak ada hubungan dengan agama, dengan Islam, itu adalah penipuan, itu palsu." ujanya.