REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Jumlah tahanan yang ikut ambil bagian dalam aksi mogok makan di penjara militer Guantanamo yang dikelola Amerika Serikat telah berkembang menjadi 77 orang. Jumlahnya bertambah 25 hanya dalam beberapa hari terakhir.
Seorang juru bicara penjara Guantanamo, Letkol Samuel House, Sabtu (20/4) waktu setempat mengatakan bahwa para tahanan menolak makanan. Sementara, 17 tahanan menerima pemberian makan enteral atau pemberian makanan secara paksa melalui tabung.
''Lima dari narapidana telah dirawat di rumah sakit, meskipun tidak menghadapi kondisi yang mengancam jiwa," kata House.
Fasilitas penjara yang menampung 166 tahanan itu telah terpukul oleh aksi mogok makan sejak 6 Februari. Para tahanan mengaku para petugas penjara mencari dan menyita Al Qur'an mereka yang dianggap sebagai barang selundupan. Namun, para pejabat telah membantah kesalahan penanganan dalam hal kitab suci agama Islam tersebut.
Para pemogok makan memprotes penahanan mereka tanpa tuduhan atau persidangan di Guantanamo selama 11 tahun terakhir.
Pengacara yang mewakili para tahanan di penjara itu mengatakan sebagian besar dari 130 tahanan menolak dijebloskan ke Kamp Enam yang merupakan penjara 'kelas rendah' bagi para tahanan. Mereka menolaknya dengan melakukan aksi mogok makan.