REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejak bahan bakan minyak (BBM) jenis solar sulit diperoleh, pendapatan retribusi Terminal Penumpang Yogyakarta (TPY) terus berkurang. Penurunan pendapatan retribusi terminal type A tersebut bahkan mencapai 10 persen setiap harinya.
Staf Manajemen Lalulintas Unit Pelaksana Teknis (UPT) TPY, Agus Windarto mengatakan, penurunan pendapatan retribusi TPY ini akibat menurunnya jumlah trayek angkutan yang masuk ke terminal tersebut.
"Pascakelangkaan solar, memang ada penurunan angkutan yang masuk ke terminal. Dan ini terlihat dari berkurangnya pendapatan retribusi kita," ujarnya, Selasa (23/4).
Menurutnya pendapatan retribusi masuk kendaraan ke TPY setiap harinya bervariasi antara Rp 800 hingga Rp 900 ribu per hari. Namun pascakelangkaan solar, pendapatan dari retribusi tersebut hanya mencapai Rp 700 hingga Rp 800 ribu per hari.
Penurunan trayek angkutan tersebut kata Agus, merata untuk semua jalur baik Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP) maupun Antar Propinsi (AKAP. Meski ada penurunan, ia menambahkan, hingga saat ini belum ada penumpukan penumpang di TPY baik jalur AKDP maupun AKAP.
Dikatakannya, jika penurunan jumlah trayek terus terjadi pihaknya akan berkoordinasi dengan Organisasi Angkutan Darat (Organda) DIY. Termasuk dalam mengantisipasi ancaman mogok massal anggkutan pada Rabu (24/4) ini.
Menurutnya, pihaknya akan meminta Organda DIY mengoperasikan bus cadangan untuk mengangkut penumpang jika terjadi penumpukan penumpang akibat hal itu di TPY. Berdasarkan data angkutan lebaran dan natal 2012 lalu kata dia, jumlah armada bus cadangan yang dimiliki Organda DIY mencapai 561 unit.
Sedangkan julah armada reguler yangh beroperasi sebanyak 2.805 unit. Dari jumlah itu yang beroperasi di trayek AKAP setiap harinya hanya 771 armada. Selain bekerjasama dengan Organda, pihaknya kata Agus juga berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk antisipasi penumpukan penumpang.
Dikatakannya, meskipun Organda Banyumas dan Jateng berencana mogok pada Rabu ini, namun aktivitas angkutan dari TPY ke beberapa kota di Jateng dan Banyumas masih normal. "Berdasarkan pantauan kami masih normal," katanya menegaskan.