REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Tradisi kaderisasi di partai politik dinilai sudah tidak lagi berjalan sesuai dengan tahapan dan pemanfaatan kader ke depan.
Sehingga berdampak pada munculnya kader 'karbitan' yang memenuhi ruang pencalegan. "Akibatnya, ketika terpilih, wakil rakyat itu tidak mampu menjadi jembatan yang baik bagi penyalur aspirasi masyarakat untuk kesejahteraannya," ujar Pengamat hukum dan politik dari Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang, Jhon Tuba Helan di Kupang, Kamis (25/4).
Jhon menilai, pola rekrutmen caleg masih diwarnai sistem serta pola kedekatan, baik kedekatan karena hubungan darah maupun karena ada hubungan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), yang justru berakibat kepada hasil yang akan dicapai.
Karenanya, Jhon menilai, kaderisasi di tingkat partai politik harus benar-benar dilakukan, agar tidak terjadi pembiaran dan kehilangan generasi kader yang berkualitas, agar pada saatnya dibutuhkan sudah siap digunakan untuk kepentingan masyarakat.
"Jadi tidak terburu-buru dalam menyiapkan kader, apalagi untuk momentum pencalegan seperti saat ini," tuturnya mengakhiri.