REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengkritik masih adanya batik impor beredar di Indonesia. Hal itu sangat memiriskan, mengingat Indonesia adalah negara penghasil batik.
Dia merasa malu jika pakaian batik saja masyarakat Indonesia harus pakai hasil impor. Saat inspeksi mendadak ke pasar Tanah Abang, sesaat sebelum menuju acara Inacraft 2013 bertema "Remarkable East Java" di Jakarta Convention Center (JCC), akhir pekan lalu, ia geram ketika menemukan banyak batik impor di pasar terbesar di Asia Tenggara tersebut.
"Lumayan banyak (batik impor). Saya agak malu saja kalau disuruh pakai batik impor," kata mantan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu. "Sayang lah, ke depannya kita harus bisa bersaing, masa batik harus impor."
Menurut Gita, produksi batik Tanah Air seharusnya tak hanya bisa memenuhi kepentingan dalam negeri, namun seharusnya juga bisa diekspor. “Tidak ada alasan lah untuk kita tak bisa penuhi kebutuhan nasional batik dengan produk nasional,” katanya.
Gita mengungkap, hasil dari sidak itu ditemukan adanya pakaian yang tidak memenuhi peraturan berlaku. Misalnya, seperti penggunaan label yang harus ada di setiap pakaian.
"Kalaupun ada label, itu pun bahasa asing, bukan bahasa Indonesia. Ini harus ditertibkan," katanya.
Gita menyatakan, produk industri kecil menengah merupakan salah satu potensi yang bisa dikembangkan untuk dapat bersaing. Terutama, dari industri kerajinan yang mempunyai kekuatan utama human capital. Industri kerajinan asal Indonesia sendiri mempunyai pasar ekspor negara maju seperti Jepang, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat. Pada 2012 ekspor kerajinan Indonesia mengalami kenaikan sebesar 5,5 persen dibanding 2011.