REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sopir pribadi Ahmad Fathanah, Sahrudin, menceritakan sekilas kejadian pada 29 Januari 2013 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) di Jakarta, Rabu (8/5). Bagaimana kisah ceritanya?
Ketua Majelis Hakim, Purwono Edi Santoso, bertanya kepada Sahrudin mengenai tindak-tanduknya sebagai sopir Fathanah. Pada 29 Januari 2013 lalu, Sahrudin bercerita membawa mobil dari apartemen Margonda Residence menuju perumahan Pesona Khayangan, Depok, rumah Fathanah.
Dari sana, ia bersama Fathanah bertolak ke gedung DPR. "(Lalu) ke PT Indoguna," kata pria kelahiran Bogor itu. PT Indoguna Utama berada di Jalan Taruna, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Sahrudin sendiri tidak mengetahui maksud Fathanah datang ke perusahaan tersebut.
Alu, begitu ia biasa dipanggil Fathanah, hanya menjalankan tugasnya untuk mengantar. Sesampainya di PT Indoguna, Sahrudin mengatakan, Fathanah langsung masuk gedung. "Saya di parkiran, terus cari makan," ujar dia. Selang waktu, Sahrudin melihat Fathanah sudah keluar dari kantor Indoguna.
Ia melihat, bosnya turun didampingi tiga orang. Sahrudin tidak mengenal orang-orang itu. Namun, ia melihat ada yang membawa kantong plastik hitam dan boks putih. Barang-barang itu kemudian ditaruh di jok belakang mobil Toyota Land Cruiser Prado warna hitam milik Fathanah.
Sahrudin tidak mengetahui apa isi dalam kantong dan boks itu. Ia hanya menebak, "Pikiran saya itu kue yang di box (kotak)."
Selepas dari Indoguna, Sahrudin bersama Fathanah kemudian meluncur ke Hotel Le Meridien. Fathanah, orang yang disebut dekat dengan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahter (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq, itu turun di lobi.
Sementara Sahrudin memakirkan mobil di basement. Sambil menunggu, ia kemudian nonton televisi. Ketika itu, Sahrudin mengatakan Fathanah kemudian meneleponnya. Saat itu Fathanah berbicara, "Alu jangan jauh-jauh, ada daging Pak Luthfi."