REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Krisis keamanan di sebagian wilayah Nigeria meningkat pascadeklarasi darurat militer. Komando militer pusat mengerahkan pasukan dalam skala besar ke tiga titik zona perang domestik, saat Rabu (16/5). Konvoi militer kali ini adalah hari pertama operasi terhadap kelompok di wilayah timur negara tersebut.
''Angkatan bersenjata telah memulai operasi untuk 'membersihkan' wilayah teroris,'' kata pernyataan militer, seperti dilansir Aljazirah, Kamis (16/5). Militer mengatakan, pengerahan kali ini adalah terbesar. Tidak diketahui pasti jumlah personil militer yang ikut dalam rombongan. Namun militer meminta bantuan sipil untuk memberikan informasi sebanyak-banyaknya tentang gerombolan bersenjata ilegal di negara itu.
Presiden Goodluck Jonathan menyatakan Nigeria dalam kondisi darurat militer. Presiden meminta militer turun tangan untuk membasmi kelompok bersenjata yang sejak 2009 meresahkan negara tersebut. Kelompok Boko Haram menjadi sasaran tuduhan keresahan tersebut.
Pernyataan Jonathan menyusul serangan Boko Haram di Negara Bagian Beneu pada Selasa (14/5). Kejadian itu menewaskan 53 orang. Sebanyak 22 di antaranya adalah pasukan kepolisian. Aksi tersebut bukan pertama kali dilakukan oleh kelompok yang berbasis di Kota Maiduguri Negara Bagian Borno.
Januari 2012 Nigeria menyerang kelompok ini di empat negara bagian lainnya. Perlawanan Boko Haram di Nigeria terjadi sejak 2009. Pemerintahan di Abuja mengatakan, Boko Haram bertanggung jawab atas tewasnya 2.000 nyawa sipil. Pemerintahan di negara-negara Afrika Barat memasukkan Boko Haram sebagai kelompok terlarang. Boko Haram adalah perpanjangan tangan jaringan terorisme global. Kelompok garis keras ini adalah salah satu sel terbesar di jaringan Alqaidah.