REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendesak Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap minoritas muslim Rohingya. Pemerintah Myanmar pun berjanji untuk menyelesaikan konflik tersebut dan menyeret para pelaku ke pengadilan
Presiden Barack Obama menyatakan kepada Presiden Thein Sein untuk segera mengakhiri kekerasan komunal di Myanmar. Karena kekerasan terhadap minoritas muslim di Myanmar menyebabkan begitu banyak korban tewas dan pengungsian besar-besaran.
Presiden Myanmar Thein Sein pun bersumpah untuk menyelesaikan konflik etnis dan segera membawa pelaku ke pengadilan. Thein Sein adalah Presiden Myanmar pertama yang datang ke Amerika Serikat sepanjang 49 tahun ini. ''Saya juga berbagi keprihatinan kami yang mendalam terhadap kekerasan komunal yang diarahkan kepada komunitas Muslim,'' ucap Obama di Gedung Putih, Senin (20/5).
Sebelumnya Kelompok dan pemerhati HAM yang berbasis di New York melaporkan kekerasan terhadap muslim ROhingya dilakukan secara terencana. Kekerasan terencana ini dilakukan oleh biksu dan aparat keamanan, termasuk pihak pemerintah provinsi setempat. Setidaknya 192 orang tewas dalam aksi kekerasan tersebut. Selain 140 ribu orang kehilangan tempat tinggal yang kebanyakan adalah muslim.
Reuters melaporkan, kondisi di Myanmar yang dilakukan pembiaran terhadap upaya kekerasan bisa menciptakan ketegangan antaretnis. Seperti halnya yang terjadi ketika Yugoslavia terpecah belah setelah komunisme hancur di tahun 1990an. Namun Obama memandang Pemerintah Myanmar telah meyakinkan AS bahwa mereka ingin melakukan perubahan.