REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Keanekaragaman hayati di Provinsi Kalimantan Barat bertambah seiring laporan penemuan hiu paus di perairan laut utara Kabupaten Pontianak yang terjaring pukat nelayan Sungai Pinyuh, Minggu (19/5).
Menurut Dwi Suprapti, Koordinator Kelautan WWF Indonesia Program Kalbar, di Pontianak, Rabu, hal itu menunjukkan keragaman hayati baru di perairan laut Kalbar mengingat hiu paus (Rhincodon typus) sebelumnya tidak pernah teridentifikasi keberadaannya di wilayah tersebut.
"Berdasarkan Peta Habitat penyebaran hiu paus di Indonesia, dilaporkan keberadaannya di wilayah Perairan Sabang, Situbondo, Bali, Nusa tenggara, Alor, Flores, Sulawesi Utara dan Papua," kata dia.
Ia menambahkan, sejauh ini pemantauan dan penelitian terhadap hiu paus di Indonesia sudah mulai dilakukan oleh WWF bersama sejumlah pihak terkait sejak tahun 2010 hingga kini.
Diawali dengan survei berkala dengan melibatkan nelayan bagan di Wasior hingga pemasangan Pop-up Satellite Archival Tag (PSAT) untuk merekam dan memantau pergerakan hiu paus.
Kemudian, lanjut dia, pemasangan Radio Frequency Identification (RFID) untuk mengidentifikasi hiu paus secara permanen, pengambilan foto identitas, melakukan studi keanekaragaman genetika hiu paus di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih, serta studi pengembangan kepariwisataan berbasis hiu paus.
Saat ini WWF sedang menyusun protokol monitoring hiu paus yang nantinya dapat digunakan dalam pengamatan di beberapa lokasi yang teridentifikasi adanya satwa karismatik ini. "Meskipun hiu paus merupakan satwa laut purba yang jarang dijumpai, namun hiu paus belum dilindungi oleh hukum Indonesia," kata Dwi Suprapti.