REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kasus demam berdarah dan chikungunya di Yogyakarta hingga memasuki pekan terakhir Mei 2013 masih cukup tinggi, yaitu masing-masing mencapai 567 kasus dan 227 kasus, meskipun untuk chikungunya masih dalam status "suspect".
"Kasus demam berdarah dan chikungunya masih cukup banyak karena musim yang seharusnya sudah memasuki kemarau, namun masih sering turun hujan. Kondisi ini sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Tuty Setyowati di Yogyakarta, Selasa (28/5).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, seluruh kecamatan di wilayah tersebut merupakan daerah endemi demam berdarah. Pada April, jumlah kasus penderita demam berdarah tercatat sebanyak 167 kasus namun meningkat pesat pada Mei.
Menurut dia, masyarakat perlu terus menggalakkan program pemberantasan sarang nyamuk dan melakukan pola hidup bersih dan sehat serta menjaga lingkungan agar selalau dalam kondisi bersih dan bebas dari tempat yang kerap digunakan nyamuk untuk berkembang biak. "Kunci utamanya adalah melakukan pola hidup bersih dan sehat serta menjaga lingkungan agar selalu bersih agar terhindar dari dua penyakit itu," katanya.
Bila dibanding tahun lalu, jumlah kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta mengalami peningkatan yang cukup banyak. Sepanjang 2012, tercatat sebanyak 382 kasus DB, sedang chikungunya tercatat sebanyak 37 kasus.