REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat intelijen Lembaga Pengembangan Kemandirian Nasional (LPKN), Wawan Purwanto menyatakan, motif pengemboman Mapolres Poso oleh teroris adalah dendam.
"Selama ini polisi terus melakukan pemberantasan terhadap teroris, mereka menganggap polisi sebagai setan yang menghalangi tujuannya. Makanya yang diserang kepolisian," katanya di Jakarta, Senin, (3/6).
Selain itu, ujar Wawan, mereka juga merasa dendam karena sebelumnya ada sejumlah teroris yang ditembak mati di berbagai wilayah di Jawa. Ini membuat mereka marah dan bergolak.
"Makanya dengan pengeboman Mapolres Poso, mereka ingin memnunjukkan kalau masih eksis," ujarnya.
Dilihat dari cara operasi dan pergerakannya, terang Wawan, ini menunjukkan garis komando Santoso. Memang masih banyak DPO lainnya yang dalam tahap pengejaran. Sehingga perlu ada pembuktian dengan penangkapan para DPO lainnya.
Poso sendiri, ungkap Wawan, merupakan salah satu daerah yang akan dijadikan basis teroris. Makanya polisi harus terus memberantas agar terorisme tidak semakin meluas.
"Ratusan DPO yang belum tertangkap membuat ancaman terorisme maish tinggi hingga satu dekade ke depan," ungkapnya.
Menurut Wawan, perlu pendekatan kepada para teroris yang sudah tertangkap supaya mereka tidak kembali ke kelompoknya. Misalnya dengan indoktrinasi pentingnya menjaga keutuhan NKRI. "Penanganan untuk pencegahan dini terhadap aksi terorisme perlu dilakukan," katanya.