Jumat 07 Jun 2013 14:18 WIB

Suriah Rebut Kembali Perlintasan Golan

 Sejumlah tank Israel bersiaga di kawasan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, dekat perbatasan dengan Suriah, Rabu (22/5).
Foto: AP/Ariel Schalit
Sejumlah tank Israel bersiaga di kawasan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, dekat perbatasan dengan Suriah, Rabu (22/5).

REPUBLIKA.CO.ID, GOLAN -- Pasukan Suriah merebut kembali satu-satunya pelintasan Dataran Tinggi Golan di garis gencatan senjata dengan Israel. Ini merupakan sebua kemunduran bagi pemberontak sehari setelah mereka dihalau dari kota strategis Qusayr.

Sementara itu Austria, Kamis mengatakan pihaknya akan menarik tentaranya dari kontingen pasukan perdamaian PBB di Golan karena situasi keamanan yang buruk.

Penguasaan atas Qusayr memberikan Presiden Bashar al-Assad nilai tawar yang tinggi jika satu rencana Amerika Serikat=Rusia bagi perundingan perdamaian langsung dengan kelompok musuhnya terwujud, kata para pengamat.

Rusia mengatakan Menteri Luar Negeri Walid Muallem akan memimpin delegasi pemerintah Suriah dalam perundingan "Jenewa 2" yang ditunda sebagian besar akibat sengketa dalam kelompok oposisi siapa yang akan hadir.

Pemberontak menguasai sebentar pelintasan Quneitra,yang strategis dan penting karena kedekatannya dengan pasukan Israel dan Damaskus sebelum dihalau.

Seorang koresponden AFP mengatakan ia melihat tank-tank di daerah tinggi itu setelah pasukan Bashar masuk pada Kamis.

Kelompok Observatorium Suriah untuk hak asasi Manusia dan radio militer Israel mengatakan gerak maju pemberontak melibatkan pertempuran seru di kota terdekat Quneitra.

Pertempuran itu sangat dekat dengan markas satu pasukan perdamaian PBB yang membuat Austria mengumumkan bahwa pihaknya akan menarik pasukannya.

Dua personel pasukan perdamaian PBB dari India dan Filipina mengalami "cedera ringan" akibat serangan itu, kata seorang juru bicara pasukan perdamaian PBB.

Di Wina pemerintah mengatakan ancaman terhadap tentara Austria "telah mencapai tingkat yang tidak dapat diterima."

Menteri Pertahanan Gerald Klug mengatakan penarikan pasukan itu akan dilakukan antara dua sampai empat pekan dan akan dimulai Selasa.

Austria yang netral adalah bagian dari Pasukan Pemantau Gencatan Senjata PBB (UNDOF) di Golan sejak dibentuk tahun 1974 dan kini adalah salah satu dari penyumbang-penyumbang personil terbesar, denga 380 tentara.

Jumlah pasukan PBB itu telah menurun menjadi sekitar 900 personil Maret setelah Kroasia menjadi negara terakhir menarik pasukannya, setelah Kanada dan Jepang.

Para pemimpin PBB menyelenggarakan perundingan mendadak menyangkut penggantian pasukan Austria itu.

Sekjen PBB Ban Ki-moon melalui juru bicaranya, menyatakan kekhawatirannya "kemungkinan akibat penarikan pasukan seperti itu pada operasi "pemeliharaan perdamaian dan juga keamanan regional".

Tempat penyeberangan Quneitra,satu-satunya rute langsung antara Israel dan Suriah, digunakan seluruhnya oleh penduduk Druze dari Golan yang diizinkan melintas untuk untuk belajar, bekerja atau menikah.

Israel merebut sebagian besar daerah dataran tinggi itu dari Suriah dalam Perang Enam Hari tahun 1967 dan menganeksasinya tahun 1981, satu tindakan yang tidak pernah diakui pihak internasional.

Pertempuran Kamis itu memicu Israel memperkuat kehadiran militernya di dataran tinggi itu, kata radio publik Israel.

Perkembangan itu terjadi saat tentara yang mengejar pemberontak yang melarikan diri dari Qusayr menembakkan rudal-rudal ke Bweida Timur sekitar 14km jauhnya, kata Observatorium itu.

sumber : Antara/afp
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement