REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Misi Pendukung PBB di Libya (UNSMIL), Senin (10/6), menyampaikan keprihatinan yang mendalam sehubungan dengan bentrokan di Kota Benghazi di Libya Timur sehingga menewaskan sedikitnya 31 orang.
"UNSMIL menyeru semua pihak terkait agar sepenuhnya menahan diri dan kembali menyampaikan perlunya untuk menyelesaikan silang pendapat secara damai melalui dialog dan semangat demokratis," kata Juru Bicara PBB, Martin Nesirky, dalam satu taklimat harian.
Bentrokan meletus pada Sabtu (8/6) saat ratusan pemrotes yang menuntut perlucutan anggota milisi pro-pemerintah berusaha menyerbu satu pangkalan "Pelindung Libya". 'Pelindung Libya' merupakan kelompok milisi pro-pemerintah yang bertugas memelihara keamanan.
''Pertempuran tersebut menewaskan tak kurang dari 31 orang dan melukai 100 orang lagi,'' kata satu sumber di Rumah Sakit Al-Jala sebagaimana dikutip kantor berita resmi Libya, Jana.
''UNSMIL juga menyeru rakyat Libya untuk menolak kerusuhan dan semua aksi pembalasan,'' kata juru bicara itu sebagaimana dilaporkan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta pada Selasa.
"Misi tersebut menyeru semua rakyat Libya agar mendukung upaya nasional guna memastikan keamanan dan kestabilan di seluruh Libya," kata Nesirky.
UNSMIL diciptakan pada September 2011 guna membantu memulihkan keamanan masyarakat dan pemulihan ekonomi di negara Afrika Utara tersebut selama tiga bulan.
Mereka juga diberi tugas oleh Dewan Keamanan PBB untuk membantu pemerintah Libya dalam meningkatkan penerapan hukum, memperkokoh hak asasi manusia, dan membantu memulihkan keamanan masyarakat.