REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan Anti Narkotika (Granat) mengecam sikap pemerintah yang belum mampu membersihkan Lembaga Permasyarakatan (Lapas) dari jaringan narkoba.
Menurut Granat, aksi sejumlah napi bandar narkoba yang masih bisa mengendalikan bisnis dari dalam lapas sudah amat membuat martabat negara tercoreng.
"Negara sudah habis dilecehkan oleh napi-napi narkoba, benar-benar membuat malu bila terus seperti ini," kata Ketua Umum Granat Henry Yosodiningrat kepada Republika di Jakarta, Kamis (20/6).
Henry menekankan sedikitnya ada tiga poin yang membuat Lapas masih menjadi surga bagi para pengedar narkoba membangun bisnisnya. Pertama, proses eksekusi kepada terpidana mati yang lelet menjadi biang para napi masih bebas beraksi.
Kedua, mental dari para petugas lapas yang masih tergoda oleh iming-iming napi bandar narkoba. Dengan imbalan uang, tak jarang petugas lapas rela membantu mereka. Terakhir dan paling utama, Henry menyoroti lemahnya niatan dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Hukum (Kemenkum) HAM dalam membangun lapas yang bersih.
"Tanya sama Pak Amir Syamsudin (Menkum HAM), saya cerewet minta ke dia agar membuat Lapas ini menjadi Area Blank Spot, supaya tidak ada lagi sinyal komunikasi di dalam lapas," ujar Henry.
Henry menegaskan pentingnya ada area blank spot di lapas agar gerak-gerik napi narkoba dalam berinteraksi dengan dunia luar terputus. Otomatis napi bandar narkoba tak akan bisa menjalankan bisnisnya dari dalam lapas.
Ide tersebut, menurut Henry, sudah lama ia dengungkan sejak sepuluh tahun yang lalu. Bahkan, ia pernah berbicara kepada Amir Syamsudin mengenai hal ini sehari sebelum pelantikannya sebagai Menkum HAM.