REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Mantan pemimpin junta Amadou Sanogo meminta maaf kepada rakyat Mali untuk kudeta yang membuat negara Afrika barat itu tidak stabil. Tentara itu meminta maaf pada upacara rekonsiliasi antara faksi-faksi saingan tentara di istana presiden di Bamako, Rabu (26/6).
Presiden sementara Mali Dioncounda Traore juga menghadiri acara tersebut. Bersama dengan perwakilan dari berbagai komunitas agama di Mali. Sanogo, seorang kapten di tentara Mali, menggulingkan rezim Presiden Amadou Toumani Toure dalam kudeta, Maret tahun lalu.
Kudeta itu menyebabkan jatuhnya bagian utara negara tersebut ke tangan gerilyawan bersenjata yang terkait dengan Alqaida. Serta intervensi Prancis-Afrika untuk mengusir para pemberontak keluar dari wilayah tersebut sejak Januari.
Kudeta memperdalam perpecahan di tentara antara Baret Merah yang setia kepada Toure. Serta Baret Hijau yang secara luas pro-junta. Pada Mei tahun lalu Baret Merah berusaha menggagalkan kontra-kudeta dan mencoba untuk merebut bandara, penyiaran nasional dan barak militer yang dijadikan markas mantan junta.
Mereka dibubarkan setelah kegagalan tindakan dan beberapa dari mereka hilang setelah ditahan oleh pasukan keamanan. Setelah kekerasan berikutnya pada Februari, Perdana Menteri Diango Cissoko mengadakan diskusi-diskusi dengan semua pihak yang terlibat dalam krisis di angkatan bersenjata Mali, yang menyebabkan keputusan untuk merestrukturisasi Baret Merah dan mengembalikan ketenangan.
Presiden mengumumkan pada upacara itu bahwa semua tentara yang ditangkap telah dibebaskan.