REPUBLIKA.CO.ID, Ada banyak kisah dibalik keputusan keturunan Hispanik menjadi Muslim. Melalui merekalah, kini Islam begitu dekat dengan komunitas Hispanik di AS.
Isabela Duarte misalnya, ia menetap di AS sejak usia tujuh tahun. Ia seorang imigran gelap sehingga sulit melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Seperti orang tuanya, Isabela akhirnya bekerja selepas lulus SMA.
"Saya tidak mungkin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ini karena status saya," kata dia seperti dikutip Muslimpaperlink.com, Jumat (28/6).
Kehidupannya mulai runyam ketika AS dilanda krisis. Perjuangannya bertahan hidup dimulai. Hukum imigrasi menjadi musuh utamanya ketika ia mencari pekerjaan. "Karena statusku, tidak ada pihak yang mau menerima saya sebagai karyawan," kenang dia.
Suatu waktu, ia akhirnya mendapatkan pekerjaan. Ia diminta untuk mendapatkan pekerjaan menjaga anak. Namun, keuangan keluarganya terus memburuk lantaran orang tuanya tak lagi bekerja. Kondisi ini membuat Isabela goyah.
Ketika hendak menenangkan diri, ia bertemu dengan temannya yang juga berasal dari Puerto Rico. Temannya itu telah menjadi seorang Muslim. Pertemuan inilah menjadi awal mula Isabela memutuskan untuk menjadi Muslim.
Sejak itu, Isabela mulai terlibat dalam acara yang diselenggarakan Muslim Hispanik. "Saya seperti berada di rumah, Alhamdulillah, " kata dia yang tak lama kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat.
Kini, Isabela aktif berdakwah dengan bergabung dengan Asosiasi Muslim Amerika Utara (AMANA). Ia menjadi jembatan dakwah Islam di komunitasnnya.
Lain lagi dengan cerita Liliana Anaya. Ia seorang keturunan Kolombia. Kehidupannya memang lebih baik dari Isabela. Anaya merupakan lulusan American University di Washington DC.
Anaya memeluk Islam pada Juni 2002. Usai lulus kuliah, ia bekerja di Virginia Utara. Di sana, ia bertemu dengan suaminya, seorang mualaf dari Argentina. Ketika menikah, Anaya sempat kembali ke negaranya. Ketika kembali, ia menemukan komunitas Muslim di Barranquila. Saat itulah, Anaya memantapkan diri menjadi Muslim.
Selepas mengucapkan dua kalimat syahadat, Anaya aktif terlibat dalam kegiatan di masjid. "Saya merasa umat Islam telah menjadi bagian dari masyarakat latin. Memang tidak mudah bagi mereka, karena semuanya harus dimulai dari awal guna menyiapkan segala sesuatunya bagi generasi baru Muslim latin," kata dia.
Anaya dan suaminya kini tengah bekerja keras mendirikan sekolah Islam di Barranquilla. Ini merupakan wujud komitmen mereka dalam dakwah Islam. Itu sebabnya, Anaya tidak berniat kembali ke AS namun lebih memilih menetap di Argentina. "Umat Islam di sini membutuhkan kami," kata dia.