TASMANIA -- Seorang remaja di pusat detensi Pontville dekat Hobart, Tasmania, mengatakan kepada ABC, dirinya melakukan mogok makan untuk membangkitkan kesadaran tentang kasusnya.
Departemen Imigrasi Australia menegaskan seorang tahanan melancarkan aksi mogok makan di pusat detensi Pontville, Tasmania.
Dalam wawancara khusus dengan ABC yang dibantu seorang penerjemah, remaja itu mengatakan bahwa kondisinya sangat buruk dan ia ingin menarik perhatian tentang kasusnya.
Ini menyusul kunjungan oleh Komisioner Anak Nasional yang menyerukan agar semua remaja di pusat detensi itu dipindahkan ke dalam komunitas.
Remaja 16 tahun dari Afghanistan itu menghubungi ABC News tadi malam dan mengatakan, ia sudah menolak makan selama empat hari.
Melalui penerjemah, ia mengatakan, ia tiba di Pulau Christmas dengan kapal tujuh bulan lalu dan sejak itu sudah berada lima bulan di pusat detensi Pontville, Tasmania.
Ia menduga, para pencari suaka lainnya dari kapal yang sama sudah dibebaskan dan ia tidak tahu mengapa ia masih ditahan.
Jurubicara Departemen Imigrasi menegaskan seorang tahanan di Pontville secara suka rela mogok makan.
Dikatakan, staff sedang memontor situasi dan makanan dan minuman disediakan untuk remaja itu setiap saat.
Emily Conolon dari kelompok pendukung pencari suaka Tasmania mengatakan, hal ini sangatm memprihatinkan.
"Pemerintah Australia sebaiknya membebaskan semua anak-anak dari tahanan atau minimal menentukan batas waktu paling tidak tiga bulan, yang merupakan rekomendasi pemerintah sendiri dari pengusutan Parlemen tahun lalu," katanya.
"Itu menunjukkan beratnya stress mental yang diderita seseorang."
Komisioner Anak Nasional Megan Mitchell mengunjungi Pointville akhir bulan lalu dan menyerukan agar tahanan remaja dipindahkan ke komunitas.
Mitchell khawatir, sebagian tahanan muda mengalami depresi dan putus asa.