Jumat 12 Jul 2013 14:06 WIB

Cina Diguyur Hujan Lebat Terparah Dalam 50 Tahun

Red:
Hujan Deras Landa Cina
Hujan Deras Landa Cina

BEIJING -- Tim gawat darurat Cina terus melakukan misi penyelamatan warga yang terjebak banjir, setelah propinsi Sichuan diguyur hujan lebat terpara dalam 50 tahun terakhir.

Hujan selama empat hari berturut-turut menyebabkan banjir dan berdampak terhadap lebih dari 1,5 juta orang. "Tingkat air sudah sangat tinggi sampai kendaraan, traktor pengangkat barang dan ekskavator hanyut," kata pekerja pabrik Wei Xiao.

Tapi Kepala Polisi Sichuan Lin Jian mengatakan banjir bandang juga telah menenggelamkan jembatan dan jalan sehingga menghambat proses penyelamatan. "Kesulitan terbesar dalam operasi pencarian dan penyelamatan adalah derasnya arus air," katanya.

Banjir memicu tanah longsor di Zhongzing, propinsi Sichuan pada hari Rabu (10/7) dan mengubur 17 orang, menurut media pemerintah.  Seorang pejabat Zhongxing mengatakan, "Laporan yang kami terima sejauh ini, 11 keluarga tertimbun sementara lebih dari 200 warga telah dievakuasi", tapi para pekerja masih terus melakukan pencarian bagi warga lainnya yang masih hilang.

Sichuan adalah propinsi yang paling parah terkena banjir. Tiga jembatan telah rubuh sejak Senin. 

Lebih dari 2.700 tim penyelamat dikerahkan untuk mencari 12 orang yang hilang setelah sebuah jembatan di Jiangyou runtuh pada Selasa.  Hujan deras menghancurkan 300 rumah di Sichuan dan propinsi tetangga Yunnan. Sekitar 36.800 warga telah ungsikan, menurut laporan media pemerintah Xinhua.

Daerah pegunungan di wilayah barat daya Cina rentan terhadap tanah longsor dan gempa bumi.

Bencana tanah longsor di daerah timur ibukota Tibet, Lhasa, sebelumnya menimbun 83 pekerja tambang pada bulan April . Pada Januari, 46 orang - kebanyakan anak-anak - tewas karena tanah longsor di Yunnan setelah lebih dari 1.000 tim penyelamat bekerja keras semalaman mencari mereka yang selamat dalam kondisi cuaca dingin.

ABC/AFP

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement