REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG –– Sekitar 3.000 guru ngaji se-Subang belum menerima honor sejak tujuh bulan terakhir.
Padahal, honor mereka yang dibayarkan oleh APBD kabupaten, besarannya hanya Rp 50 ribu per bulan. Na mun, sampai saat ini, honor ter sebut belum ada kejelasannya.
“Biasanya, honor itu diba gi kan saat bulan puasa,” ujar Ahmad Nurdin (36 tahun), guru ngaji asal Desa Manyeti, Kecamatan Dawuan, Senin (15/7). Para guru ngaji ini, biasa menerima honor dalam bentuk rapel. Namun, hingga kini, belum ada kejelasan.
Dikatakan Nurdin, meski pun honornya kecil, tapi uang itu sangat berarti buat para guru ngaji. Apalagi, saat puasa dan menjelang lebaran, maknanya sangat besar. Dengan honor itu, guru ngaji tersebut bisa membelikan baju lebaran buat anak-anaknya.
“Selama ini kami hanya mengandalkan sumbangan orangtua siswa. Jadi, ho nor pemkab itu maknanya sangat besar bagi kami,” ujar dia.
Guru ngaji lainnya, Ruanto (33 tahun), asal Kecamatan Pusakanagara, mengaku, mengabdi dengan hati. Tujuannya, ingin membantu mencerdaskan generasi penerus. Terutama, soal agama.
“Kami tidak komersil, tapi selayaknya honor itu dinaik an. Soalnya honor Rp 50 ribu per bulan, sudah sangat mi nim,” ujarnya.
Apalagi, sejak tiga tahun terakhir, honor tersebut tak pernah naik. Idealnya, honor bagi guru ngaji ini minimal Rp 200 ribu hingga Rp 250 ribu per bulan. Dengan honor sebe sar itu, dinilai bisa mencukupi kebutuhan keluarga guru ngaji.
Kepala Bagian Sosial Pemkab Subang Ujang Sutris na mengakui, belum dibayarkannya honor para guru ngaji ter sebut.
Meskipun belum di bayar, namun pemkab telah mengalokasikan anggaran un tuk ke giatan pembayaran honor guru ngaji tersebut. “Sudah kami agendakan, sebelum lebaran akan dibayar,” ujar nya.
Honor itu, rencananya tak akan dibayar sampai tujuh bulan terakhir. Melainkan, pembayarannya selama setahun ke depan. Yakni, masing-masing akan mendapatkan honor sebesar Rp 600 ribu.
Ia beralasan, pembayaran sekaligus menjelang lebaran agar lebih terasa bermanfaat. Terutama buat membantu mengurangi beban belanja lebaran. Sebab, kebutuhan saat bulan puasa dan lebaran mengalami peningkatan di banding bulan lainnya.
Ujang menyebutkan, berdasarkan catatannya, jumlah guru ngaji yang tergabung da lam Forum Komuniksasi Guru Ngaji (FKGN) Subang seba nyak 3.000 orang. Ihwal usulan kenaikan nomimal ho norer dari Rp 50 ribu jadi Rp 250 ribu per bulan, Ujang me ngaku, su dah menerimanya.