REPUBLIKA.CO.ID, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo membantah jika dirinya telah menghabiskan dana sebesar Rp 26,6 miliar untuk kegiatan blusukannya. Jokowi justru menegaskan, kegiatan blusukan yang dilakukannya tidak menggunakan anggaran dan hanya bermodalkan jalan kaki saja.
"Blusukan tidak ada anggaran, modalnya hanya jalan kaki. Blusukan itu apa sih? Manajemen kontrol, fungsi pengawasan, tidak ada yang lain. Karena kalau tidak ada manajemen kontrol, tidak ada pengawasan ya bagaimana," ujar Jokowi, seperti dilansir situs beritajakarta.
Kendati demikian, dirinya mengakui ada dana operasional, dana operasi keamanan, dana ketertiban sosial, serta dana operasional khusus yang bisa digunakan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat jika terjadi musibah, seperti kebakaran dan banjir. "Jika terjadi kebakaran, bantuan dari situ. Dulu istilahnya dana taktis, tapi setengahnya saja tidak abis," kata Jokowi.
Sementara, untuk buku tulis yang kerap dibagikannya kepada anak-anak usai blusukan, diungkapkan Jokowi, diperoleh dari dana corporate social responsibility (CSR). Namun ada juga yang menggunakan dana sosial khusus serta dana lainnya. "Buku tulis ada yang dari CSR, dana-dana untuk sosial khusus," katanya.
Selain itu, sambungnya, juga ada dana koordinasi keamanan yang bisa digunakan jika timbul gesekan antar warga. Dana tersebut merupakan dana cepat yang bisa langsung digunakan. "Jadi dana apa, yang dicitrakan apanya. Dana blusukan itu modalnya cuma jalan kaki, dana apa? Ke kelurahan dan kecamatan ngecek doang, pakai dana apa?," ucapnya.
Sebelumnya Forum Indonesia Transparansi Anggaran (FITRA) merilis anggaran blusukan yang dilakukan Jokowi mencapai Rp 26,6 miliar untuk tahun 2013. Per harinya anggaran blusukan Jokowi-Basuki mencapai Rp 74 juta. Itu artinya Jokowi dan Basuki masing-masing mendapat alokasi anggaran Rp 37 juta.