REPUBLIKA.CO.ID, TAME -- Pejabat Departemen Pertahanan Kolombia mengatakan 19 tentara pemerintah tewas selama akhir pekan dalam dua bentrokan dengan pemberontak, Ahad (21/7). Hal tersebut menjadi kerugian paling mematikan bagi pemerintah sejak pembicaraan damai dimulai akhir tahun lalu.
Dalam dua bentrokan berdarah itu, 15 tentara yang bertugas melindungi pipa minyak yang sedang diperbaiki terbunuh di Provinsi Arauca karena diserang dengan bahan peledak. Lokasi tersebut dekat dengan perbatasan Venezuela
Para pemberontak, anggota Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC), memiliki kehadiran yang kuat di kawasan. Mereka kerap menyerang pipa minyak Cano Limon-Covenas yang dimiliki perusahaan minyak negara Ecopetrol.
Presiden Juan Manuel Santos yang melakukan perjalanan ke wilayah tersebut, Ahad, mengonfirmasi insiden itu. Ia mengatakan 12 gerilyawan telah ditangkap. Ia memerintahkan lebih banyak pasukan diterjunkan ke wilayah tersebut untuk menangkap pemberontak lainnya.
Menurutnya, beberapa di antara pemberontak ada yang terluka. "Ini adalah perintah bagi pasukan kami. Jangan berhenti menembak bahkan untuk sesaat sampai kita mencapai akhir konflik ini," kata Santos seperti dilaporkan Reuters.
Militer mengatakan empat tentara lainnya tewas dalam bentrokan di Provinsi Caqueta di bagian selatan negara itu dalam bentrokan dengan FARC. Militer menambahkan enam gerilyawan juga tewas.