Rabu 24 Jul 2013 19:14 WIB

Aktivitas Gunung Merapi Berubah-ubah

Gunung Merapi
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Gunung Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --  Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Sri Sumarti menyatakan aktivitas Gunung Merapi selalu berubah-ubah sehingga untuk membaca aktivitas Gunung Merapi tidak bisa dilakukan dengan cara yang sama.

"Aktivitas Gunung Merapi selalu berubah. Kami harus mengikuti perubahan yang terjadi, kalau membaca aktivitas Merapi dengan monoton tidak akan maksimal," kata Sri Sumarti, Rabu.

Menurut dia, setiap data aktivitas Gunung Merapi yang terekam dan masuk ke Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPTTKG) selalu berubah-ubah.

"Setiap evaluasi hasilnyapun selalu berbeda-beda juga. Erupsi Merapi 2006 dengan 2010 berbeda, apalagi pascaerupsi 2010 tentu tidak sama. Pengamatan tentu harus mengikuti perkembangan," katanya.

Ia mengatakan, status Gunung Merapi sampai saat ini masih normal. "Dari data yang terekam tidak menunjukkan adanya kenaikan aktivitas," katanya.

Peneliti Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Sunarto mengatakan, tipe Merapi memang berubah pada sebelum erupsi 2006, dan erupsi 2010.

"Saat ini, beberapa kali asap hitam sudah keluar kecil-kecil. Energi terlepas berangsur-angsur. Tidak akan berbahaya," katanya.

Menurut dia, yang paling berbahaya adalah masyarakat yang berada di dekat puncak Merapi.

"Ketika terjadi lemparan batu atau ada awan panas. Juga, kalau ada gas yang keluar dari celah dinding gunung. Itu bertekanan tinggi," katanya.

Ia mengatakan, untuk keputusan ditingkatkannya status aktivitas Gunung Merapi merupakan kewenangan BPPTKG.

"Status aktivitas gunungapi bukan untuk memprediksi kapan atau besarnya terjadi erupsi. Namun, untuk memperingatkan bahaya Merapi ke warga sekitarnya," katanya.

Seperti diberitakan, pada Senin pukul 04.22 hingga 05.35 WIB terjadi guguran yang terdengar dari Pos Kaliurang. Gumpalan asap berwarna coklat kehitaman.

Lontaran material berwarna merah hingga ketinggian 1.000 meter dari puncak Merapi teramati dari Pos Selo, Boyolali.

Hujan abu dan pasir halus terjadi di wilayah Deles, Tlogowatu, Kemalang, Balerante, Klaten di Jawa Tengah. Hujan abu juga terjadi di sekitar Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, Srunen di daerah Cangkringan, Kaliurang Sleman Yogyakarta.

Hujan abu hingga 7 sampai 14 kilometer dari puncak Merapi ke arah Klaten dan Sleman.

Ratusan masyarakat di Kemalang Klaten mengungsi di Kantor Kecamatan Kemalang dan di daerah Bawukan. Sedangkan masyarakat di Cangkringan mengungsi ke Balai Desa Glagaharjo.

Saat ini pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing termasuk kelompok rentan, yaitu lansia, ibu menyusui dan anak-anak saat ini masih mengungsi di Balai Desa Glagahharjo.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement