Sabtu 27 Jul 2013 22:26 WIB

Dunia Internasional Kutuk Militer Mesir

Rep: Stevy Maradona, Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: M Irwan Ariefyanto
Seorang dokter mengidentifikasi jasad para pendukung Presiden Mursi yang tewas ditembak aparat keamanan di Nasr City, Kairo, Sabtu (27/7).
Foto: AP/Manu Brabo
Seorang dokter mengidentifikasi jasad para pendukung Presiden Mursi yang tewas ditembak aparat keamanan di Nasr City, Kairo, Sabtu (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Aparat keamanan Mesir kembali melakukan penyerangan terhadap pendukung presiden terguling Muhammad Mursi. Jumlah korban yang meninggal di seluruh Mesir sejak Sabtu dinihari kemarin diperkirakan mencapai puluhan orang, bahkan lebih.

Ikhwanul Muslimin (IM) melaporkan 70 orang pendukung Mursi ditembak mati sehari setelah Kepala Staf Angkatan Bersenjata meminta mandat dari rakyat untuk menghukum pelaku kekerasan dan terorisme. Juru Bicara IM Gehad el-Haddad mengatakan, penembakan terjadi pada Sabtu dini hari, sebelum shalat Subuh. Penyerangan terjadi ketika pendukung Muhammad Mursi, yang tiga pekan lalu juga ditembaki militer, sedang duduk di jalan. ''Mereka tak menembak untuk melukai, tapi membunuh,'' ujar Haddad,  Sabtu (26/7).

Bentrokan tak hanya terjadi di Kota Kairo, tapi juga Alexandria, Damietta, Gharbiya, dan Sharqiya di dekat delta Sungai Nil.

Sampai dengan Sabtu sore, sedikitnya 10 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka akibat baku serang di wilayah Kota Nasr. Kota Nasr adalah basis dari IM yang juga organisasi di mana mantan presiden Muhammad Mursi berasal. Pengikut IM terus berdemonstrasi menentang pemerintahan Mesir yang baru.

Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, mengatakan khawatir dengan kondisi di Mesir akhir-akhir ini. Ia juga mengutuk penggunaan kekerasan terhadap demonstran yang berujung pada tewasnya warga Mesir. "Saya berharap semua pihak menahan diri di Mesir. Sekarang itu waktunya untuk dialog, bukannya konfrontasi. Kewajiban setiap pemimpin kelompok di Mesir untuk mundur sejenak mengurangi tensi tinggi ini," kata Hague pada pers.

Inggris juga meminta pemerintah Mesir untuk menghormati hak berdemonstrasi bagi warga yang tidak setuju. Kemudian, Inggris berharap pemerintah Mesir melepaskan tahanan politik terkait aksi penjungkalan presiden Mesir terpilih Muhammad Moersi pada 3 Juli lalu.

Ucapan duka pada para korban tewas di Mesir datang dari Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton. Ashton mengatakan, ia berduka mendalam bagi korban demonstrasi maut Sabtu dini hari. Ia juga meminta semua pihak untuk menghindari kekerasan di Mesir. "Hormatilah prinsip demonstrasi yang damai dan antikekerasan," kata Ashton.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement