REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Konstelasi politik di Mesir berdampak pada dinamika politik di negara lain. Di Amerika Serikat (AS) persoalan Mesir jadi dagangan politik di Ruang Senat. Mayoritas anggota senat negara adikuasa itu menolak menyetujui proposal bantuan dana Gedung Putih ke Negeri Piramida itu.
Anggota Senat dari Partai Republik Rand Paul jadi promotor utama penolakan tersebut. Dari 99 kursi anggota senat di Capitol Hill 86 suara diantaranya tidak setuju dengan rencana Presiden Barack Obama itu. ''Bantuan (ke Mesir) harus segera diakhiri,'' kata Paul, usai sidang senat Rabu (31/7) waktu setempat, seperti dilansir Washington Times, Kamis (1/8).
Pascakudeta militer Rabu (3/7) lalu, Obama memutuskan untuk membantu Mesir lewat dana 1,5 miliar dolar. Dana tersebut adalah bagian dari restrukturisasi ekonomi dan keamanan rezim baru di Ibu Kota Kairo.
Bantuan itu membawa kecurigaan bagi internasional. Sebab di sisi lain, Obama hingga sekarang enggan mengatakan lengsernya Presiden Mesir Muhammad Mursi sebagai kudeta militer.
Namun Gedung Putih menegaskan agar pemerintahan di negara muslim terbesar di Timur Tengah itu dikembalikan ke masyarakat sipil. Bagi Paul sikap tersebut adalah inkonsistensi diplomasi Paman Sam.
Bagi dia, situasi politik di Mesir jelas merupakan kudeta. Regulasi Bantuan Luar Negeri AS dikatakan dia terang menolak untuk membantu negara-negara yang melakukan transisi kekuasaan lewat jalur inkonstitusional atau kudeta.
''Mesir telah gagal. Kami (Senat AS) mengingatkan agar (Presiden) Obama memanfaatkan bantuan tersebut untuk kebutuhan domestik,'' sambung Paul.