Rabu 14 Aug 2013 19:14 WIB

Waspadai Angin Kencang dan Suhu Udara Panas

Rep: lilis Handayani/ Red: Djibril Muhammad
Angin kencang. Ilustrasi.
Foto: sportige.com
Angin kencang. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA – Memasuki Agustus, sejumlah daerah di wilayah Cirebon dilanda angin kencang atau yang dikenal dengan istilah angin kumbang.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka pun mengimbau warga untuk mewaspadai dampak buruk dari kondisi tersebut.

 

"Kewaspadaan terutama untuk daerah yang terletak di dataran rendah (Cirebon dan Indramayu) karena tiupan angin akan langsung menghantam daratan tanpa ada pegunungan yang menghalangi," ujar Kepala BMKG Stasiun Jatiwangi, Pujiono, Rabu (14/8).

 

Pujiono mengungkapkan, tiupan angin yang kencang bisa menimbulkan kemungkinan terjadinya pohon tumbang. Oleh sebab itu, warga diimbau untuk menghindari berteduh di bawah pohon rindang. "Apalagi pohon yang usianya sudah tua karena bisa saja roboh tertiup angin kencang," kata Pujiono.

 

Selain itu, Pujiono melanjutkan, kewaspadaan terhadap tiupan angin kencang juga harus dilakukan para nelayan di perairan Jawa. Dia menyatakan, tiupan angin saat ini bisa menimbulkan gelombang dengan ketinggian hingga tiga meter.

 

Kondisi tersebut, menurut Pujiono, bisa membahayakan pelayaran, terutama nelayan yang menggunakan perahu kecil. Oleh sebab itu, dia mengingatkan agar nelayan kecil sebaiknya tidak melaut terlebih dulu.

 

Tak hanya angin kencang, Pujiono menambahkan, hal lain yang juga harus diwaspadai adalah suhu udara yang panas.

Berdasarkan catatan BMKG Stasiun Majalengka, suhu udara saat ini di pantura berkisar antara 32 hingga 33 derajat celcius. "Suhu udara seperti ini bisa membuat orang mengalami dehidrasi," tutur Pujiono.

 

Oleh sebab itu, Pujiono mengingatkan masyarakat untuk mengkonsumsi air minum yang cukup banyak. Hal itu terutama bagi mereka yang beraktifitas di luar ruangan.

 

Pujiono menjelaskan, suhu udara yang panas seperti sekarang juga bisa menimbulkan banyak debu yang berterbangan di udara. Debu-debu tersebut bisa menggangu pernafasan dan gangguan kesehatan lainnya.

 

Sementara itu, dampak tiupan angin kumbang telah membuat ribuan nelayan tradisional tidak bisa melaut. Mereka tidak berani mengambil risiko karena tiupan angin bisa membahayakan nyawa mereka saat di laut. 

"Sudah seminggu ini kami tidak melaut," ujar seorang nelayan di daerah Samadikun, Kota Cirebon, Taridi.

 

Taridi pun mengaku memilih memperbaiki jaringnya di rumah daripada pergi melaut. Hal itu akan dilakukannya hingga menunggu kondisi cuaca di laut kembali bersahabat.

 

Menurut Taridi, rekan-rekan seprofesinya saat ini banyak yang memilih beralih pekerjaan untuk menyambung hidup. Ada yang menjadi tukang becak, tukang parkir, maupun pemulung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement