REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mayat-mayat korban kekerasan pasukan keamanan di Mesir diduga telah dibakar untuk menyembunyikan bukti kejahatan.
Sementara, mayat-mayat yang berhasil dikumpulkan tidak dapat segera dikubur karena pemerintah mempersulit pengeluaran dokumen kematian.
Warga Mesir, Dawlat Marzouk, menanyakan mengapa tubuh anaknya dibakar. "Jika mereka menembaknya mati, mengapa mereka harus membakarnya juga," ujar Marzouk, seperti dikutip Washingtonpost, Jumat (16/7).
Seorang pejabat Ikhwanul Muslimin mengatakan banyak tubuh korban telah dibakar untuk menyembunyikan kejahatan. Dia dan pendukung presiden Muhammad Mursi berspekulasi beberapa orang dibakar hidup-hidup ketika polisi membakar rumah sakit buatan di lokasi utama perkemahan demonstrasi.
Lebih dari 150 mayat diletakkan di masjid Al Iman di Kairo setelah tindakan kekerasan pasukan keamanan Mesir pada Rabu (14/8). Namun, mayat itu tidak bisa segera dikubur.
Kerabat korban mengatakan kamar mayat rumah sakit menolak menerima mayat-mayat. Polisi dan pejabat lainnya sulit memberikan dokumen kematian yang menjadi syarat pemakaman. Sertifikat pemakaman tersebut harus menyebutkan penyebab kematian.
Beberapa orang mengklaim pemerintah ingin memalsukan dokumen untuk menghilangkan penyebutan luka tembak.
Di sisi lain, pemerintah telah mengadakan pemakaman militer dengan peti mati terbungkus bendera untuk lebih dari 40 petugas polisi yang tewas dalam kekerasan Rabu lalu.
Sementara, Kamis malam sebelum tengah malam, pasukan keamanan dilaporkan menyerbut Masjid Al Iman. Televisi pemerintah melaporkan pihak berwenang memindahkan mayat-mayat korban kekerasan.