REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam pidato kenegaraannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyinggung tentang kondisi Suriah dan Palestina. Untuk Suriah, ia mengatakan Indonesia telah mendorong para pemimpin negara Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB untuk lebih berperan aktif, dalam mencari penyelesaian krisis politik dan keamanan di negeri itu. Dunia tidak boleh berpangku tangan, dan membiarkan krisis kemanusian itu terus berlanjut.
"Untuk menemukan solusi, saya telah berbicara dengan sejumlah tokoh dunia yang memiliki pengaruh besar bagi penyelesaian konflik Suriah, termasuk Sekjen PBB, Presiden Rusia, Perdana Menteri Turki, dan Presiden Iran. Untuk tujuan yang sama, saya juga telah berkirim surat kepada para kepala negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Inggris dan Prancis," katanya, Jumat (16/8).
SBY juga menjelaskan, Indonesia terus memperjuangkan peningkatan status Palestina sebagai anggota penuh PBB. Serta ikut membantu peningkatan kapasitas menuju negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.
"Indonesia berharap bahwa dimulainya kembali perundingan langsung antara Palestina dan Israel dapat menuju terbentuknya negara Palestina yang merdeka, berdaulat, dan hidup berdampingan secara damai dengan negara Israel, sesuai dengan visi two-states solution," katanya.
SBY pun mengatakan Indonesia terus aktif mendorong penguatan demokrasi serta perlindungan dan pemajuan HAM pada tingkat kawasan dan dunia. Salah satunya dengan menggelar kembali Bali Democracy Forum, BDF keenam, November 2013. "Selama lima kali penyelenggaraan, BDF telah menjadi forum utama dialog untuk pemajuan demokrasi di Asia Pasifik," katanya.