REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Andre Villas-Boas (AVB) mengaku telah menolak tawaran dari dua klub raksasa pada musim panas ini. AVB melakukan itu karena ingin menunjukkan dedikasi dan membalas kepercayaan Tottenham Hotspur.
AVB sempat dikaitkan dengan sejumlah klub seperti Paris Saint-Germain, Barcelona, dan Real Madrid. Namun pelatih berusia 35 tahun itu tak tergoda dengan besarnya uang, nama besar, dan gengsi dari klub-klub yang meminatinya.
AVB memang tidak menyebut klub mana yang ditolaknya. Namun seperti dilansir Sky Sports, Sabtu (17/8), kuat dugaan bahwa salah satunya adalah Paris Saint-Germain.
Pelatih asal Portugal itu punya alasan kuat memilih bertahan di Stadion White Hart Lane. "Saya menolak tawaran-tawaran itu karena ini akan menjadi kesempatan pertama saya melatih sebuah klub selama dua musim berturut-turut," kata AVB.
AVB memang belum pernah menukangi sebuah tim selama dua musim berturut-turut semenjak merintis karier sebagai pelatih pada 2009-2010. Bahkan Spurs pun menjadi klub kedua ia bisa menjadi pelatih selama satu musim penuh setelah sebelumnya bersama Porto pada musim 2010-2011.
Perjalanan AVB menjadi pelatih memang tak mulus. Ia pernah merasakan sakitnya dipecat di tengah jalan oleh Chelsea pada musim 2011-2012. Posisinya di skuat The Blues kala itu digantikan oleh Roberto Di Matteo yang akhirnya sukses mempersembahkan trofi Liga Champions. Kebersamaan AVB bersama Chelsea hanya 256 hari setelah ia direkrut pada Juni 2011 dari
Seolah ingin membuktikan diri sebagai pelatih yang pantas disegani, ia pun tak berpikir panjang untuk melanjutkan perjuangannya bersama Spurs. "Ini (melatih selama dua musim), adalah sebuah keuntungan. Dan juga menjadi sesuatu yang ingin saya coba," tegas AVB.
AVB menolak tawaran dari klub lain karena ia juga tak ingin mengecewakan tim yang sangat menghargainya sebagai pelatih. Apalagi Spurs dinilainya merupakan klub bagus dalam hal manajemen ataupun komposisi pemain. "Saya sangat dihargai oleh klub. Ini jadi alasan saya ketika menolak tawaran klub lain," ungkap AVB.
AVB bisa dibilang menjalani musim pertamanya di Spurs dengan meyakinkan. Meski pun gagal mewujudkan target Liga Champions, namun ia berhasil membawa Spurs finis di peringkat lima Premiere League dengan 72 poin hasil 21 kemenangan, sembilan kali imbang, dan delapan kali kalah. Poin itu adalah poin tertinggi yang pernah diraih dalam sejarah Spurs.