REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rentetan kasus penembakan yang menewaskan anggota kepolisian belakangan ini diharap bisa dijadikan pelajaran. Personel Polri sebaiknya meningkatkan kewaspadaan dan jangan pernah lengah dimana pun berada, karena demikianlah seharusnya.
Hal tersebut disampaikan Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Thomas Sunaryo kepada Republika Kamis (22/8). Menurutnya selain tak boleh lengah, polisi juga diharap tetap menjaga mental meski faktanya pelaku penembakan hingga kini belum terendus keberadaanya.
Polisi tak boleh mundur dan menutupi diri sebagai langkah perlindungan. Justru menurut Thoman, polisi harus lebih ekstra berani karena ini juga menyangkut harga diri nama Korps Tri Brata juga. “Jelas harus terus maju dan tangkap segera para pelakunya, polisi tak boleh kalah,” ujar Thomas.
Thomas menambahkan, deretan peristiwa penembakan belakangan ini tidak dipungkiri menyasar polisi sebagai target utama. Hal ini menurutnya sudah tak dapat lagi dikonotasikan sebagai kejahatan jalanan biasa, meskipun seluruh lokasi penembakan terjadi di tengah ruas jalan.
Ia melihat, penyerangan kepada polisi dalam sebulan terakhir ini terjadi tanpa motif dan terkesan acak dalam memilih korban. Sehingga ia menilai, kesimpulan awal tak berlebihan jika seluruh peristiwa tersebut merupakan bentuk kejahatan terorisme.
“Terlepas dari pelakunya kelompok teroris atau bukan. Tapi lihat, tujuan utamanya hanya ingin menghilangkan nyawa anggota polisi dan menebar ketakuatan, ini terorisme,” kata dia.
Lebih jauh, Thomas berpesan kepada polisi agar tidak sedikitpun membiarkan ketakutan menjangkiti mereka. Penembakan-penembakan yang terjadi selayaknya dihadapi dengan keberanian. Pasalnya, polisi wajib menamengi dengan kuat masyarakat yang saat ini justru menjadi korban sebenarnya.