JAKARTA-Indonesia saat ini perlu terus membangun paradigma untuk menjadi negara eksportir dari pada sekedar berkutat dalam paradigma untuk mencapai swasembada, kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.
"Kalau hanya berparadigma swasembada saja, itu "salah parkir". Kita harus berparadigma menjadi eksportir paling efisien,"kata Menteri Perdagangan di Yogyakarta, Rabu (28/8) malam.
Menurut Gita apabila melihat aspek kemampuan Indonesia dalam mewujudkan swasembada, saat ini memang masih memprihatinkan.
Hal itu, misalnya dilihat dari produksi bawang putih, di mana Indonesia rata-rata hanya bisa memproduksi sekitar 10 ribu ton per tahun.
Sementara kebutuhan masyarakat mencapai 40 ribu ton per tahun sehingga perlu dilakukan kebijakan impor. "Kalau tidak impor maka harga akan naik sehingga terjadi inflasi. Sementara Inflasi akan mengganggu perekonomian kita," katanya.
Menurut dia, untuk menjadi eksportir handal perlu disikapi dengan mengupayakan investasi besar-besaran dibidang pendidikan. "Pendidikan kita harus bisa memunculkan produk pendidikan yang bisa menopang industrialisasi lebih maju baik di sektor pertanian, manufaktur, dan pendanaan secara efisien,"katanya.
Selanjutnya, kata dia, suku bunga juga harus dapat terus ditekan hingga di bawah suku bunga yang saat ini telah mencapai 15 persen. "Teman-teman kita di Asia Tenggara rata-rata dapat memperoleh pinjaman dengan suku bunga 1 hingga 2 persen,"katanya.
Menurut dia, untuk menjadi negara eksportir yang handal perlu upaya keberpihakan dengan secara serius menguatkan struktur dan postur ekonomi negara.