REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Seruan-seruan untuk intervensi militer di Suriah merupakan satu tantangan terang-terangan bagi Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa. Demikian kata kementerian luar negeri Rusia pada Kamis.
"Rencana-rencana yang dinyatakan oleh beberapa negara untuk menimbulkan serangan militer terhadap Suriah adalah satu tantangan terang-terangan terhadap ketentuan utama Piagam PBB dan norma-norma
hukum internasional lainnya," katanya mengutip pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri Gennady Gatilov kepada Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, pada pertemuan di Den Haag Rabu.
Rusia menekankan bahwa terlalu dini untuk memikirkan reaksi Dewan Keamanan PBB terhadap dugaan serangan senjata kimia dekat Damaskus sebelum tim PBB yang memeriksa tempat serangan itu mengumumkan temuannya.
"Pada tahap ini, perlu untuk menggunakan instrumen politik dan diplomatik dengan maksimal. Pertama dan terutama dengan membiarkan para ahli PBB memeriksa situs serangan senjata kimia di Suriah untuk menyelesaikan mandat mereka dan melaporkan hasilnya kepada Dewan Keamanan PBB," kata Gatilov kepada Ban.
Rusia, yang telah mendukung rezim Damaskus atas seluruh konflik dua setengah tahun itu, secara luas diperkirakan akan memblokir setiap tindakan Dewan Keamanan yang bertujuan menghukum Presiden Suriah Bashar Al Assad.
AS dan negara-negara Barat menuding rezim Assad sebagai pelaku serangan senjata kimia yang diperkirakan menewaskan 1.300 orang itu. Namun, sebaliknya pemerintah Bashar menuding pemberontak sebagai pelakunya.